Inner Strength Biskuat Academy 2022 menjadi penyejuk di tengah gempuran generasi yang katanya sih kurang memiliki daya juang karena termudahkan oleh teknologi dan keadaan yang serba ada. Apakah benar?
Sebelumnya, aku ingin mengajak kalian mengarungi makna kegagalan terlebih dahulu. Cerita ini baru saja terjadi di hari Minggu kemarin, tepatnya 13 November 2022. Begini kisahnya... Anyway, boleh banget untuk ambil popcorn terlebih dahulu sambil membaca artikel ini sampai selesai (hehe).
Beberapa hari lalu aku membaca sebuah pengumuman lomba mewarnai yang diadakan oleh salah satu SD Islam di Pati yang cukup favorit. Karena sekalian ingin survey sekolah dan memang si kakak hobi menggambar dan mewarnai, akhirnya aku tawarkan ke anak pertamaku yang masih TK dan dia pun mau mengikuti lombanya.
Ini adalah kali pertama si kakak mengikuti lomba. Eh, sepertinya kali kedua deh setelah lomba makan kerupuk dan memasukkan pensil ke dalam botol saat momen 17-an beberapa tahun lalu di Tangerang (sebelum pindah ke Pati).
Saat tiba di lokasi lomba, banyak anak yang diantar oleh orang tuanya, terpantau membawa meja lipat dan alat tempur mewarnai. Ini sih aku yang "kena mental" sih alias tegang, anaknya biasa saja alias santai.
Saat masuk venue, ternyata kami baru menyadari kalau jumlah pesertanya sangat banyak. Saat lomba dimulai, pendamping harus keluar area. Parents hanya bisa melihat dari jauh saja. Namun ternyata masih banyak anak yang menangis lho saat ditinggal pendampingnya. But, si kakak enjoy saja.
Setelah satu jam berlalu, lomba selesai dan masuk penjurian. Sejam kemudian hasilnya keluar. Seperti yang sudah aku gambarkan di atas, si kakak kalah. Padahal ada 13 posisi pemenang, tapi belum berkesempatan untuk menang dalam satu kategori pun.
Ada beberapa hal yang aku maknai dalam kegagalan ini, meliputi:
1. Jam terbang
Aku sangat mengakui bahwa memang latihannya si kakak kurang dan belum difasilitasi dengan maksimal. Ini artinya as a Mom aku yang harus mengusahakan. (It's me... hi... I'm the problem i't me! *just singing hehe)
2. Berani saja sudah hebat!
Sebetulnya ini strong why kami mengikuti perlombaan. Jadi saat gagal, coba ingat lagi deh strong why-nya. Mungkin memang anak kalah lomba. Tapi ada satu apresiasi yang patut dirayakan, yaitu keberaniannya dalam mencoba. Apalagi kalau for the first time. Ah, kakak... You did a great work, I'm proud of you (as always)! :)
3. Mau menerima kekalahan adalah pemenang juga
Dalam hidup, seringkali kita diajarkan membaca, berhitung dan segala hal yang terkait akademik. Pernahkah kita diajarkan mengendalikan rasa gagal?
Si kakak sempat bertanya mengapa dia tidak dipanggil naik panggung dan mengapa bisa kalah. Setelah dijelaskan, dengan cepat dia bisa memahami dan menerima kelebihan lawan. Namun, dia tetap percaya diri dan legowo dalam menghadapi kekalahan adalah kekuatan baik dalam diri yang sangat aku apresiasi.
Terkadang parents terlalu fokus terhadap kekurangan anak, tanpa peduli untuk "meninggikan gunung". Setiap anak itu unik, orang tua hanya perlu fokus tanpa membandingkan. Support system utama dan pertama anak kita ya orang tuanya, siapa lagi coba?
Bisa saja kini gagal di sini, berhasil di sana. Gagal di bidang ini, berhasil di bidang sana. Observasi minat dan bakat anak adalah salah satu kuncinya. Semangat, parents! :)
Peran Orang Tua Optimalkan Inner Strength Anak
1# Memahami Keunikan Anak: Salah Satu Kunci Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Generasi Alpha
Aku sering merenung, bahwa aku merasa sangat beruntung menjadi Ibu di era sekarang ini. Dengan berbagai informasi yang mudah didapatkan, aku menjadi bisa mengulik lebih dalam mengenai ilmu parenting alias pengasuhan anak sesuai usia dan jamannya.
Apalagi sebagai generasi Y alias generasi milenial, nampaknya as a Mom, aku tetap memiliki tantangan tersendiri dalam menghadapi generasi anakku sekarang. Anakku yang pertama bernama Nasha, lahir di tahun 2016. Anakku yang kedua adalah Raina, si anak 2019. Perkenalkan, mereka inilah generasi Alpha yang kuhadapi sehari-hari.
Mereka adalah generasi yang sangat lekat dengan teknologi sedari lahir. Kata orang sih, generasi ini memiliki kecanduan teknologi terutama gadget. Namun, aku bersyukur bahwa anak-anakku masih dalam under control terkait hal tersebut. Nampaknya, banyak juga kok rekan sesama parents yang juga masih under control terkait isu gadget.
Dikutip dari Metro, CEO Beano Studios Emma Scott menyatakan bahwa hampir setengah (48%) generasi Alpha ternyata cukup sering menghabiskan waktu tanpa perangkat teknologi. Nyatanya, mereka juga menikmati beragam aktivitas fisik seperti bermain di luar ruangan serta membuat kerajinan tangan.
Memang dalam beberapa circle komunitas emak-emak sekarang ini, mereka juga sudah mulai concern terkait keseimbangan pendidikan anak. Banyak juga teman sesama Moms yang mulai merancang pendidikan anaknya sendiri, terutama usia dini, termasuk di dalamnya kebijakan penggunaan gadget.
Didukung dengan informasi yang kian mudah didapat, para Moms juga bisa dengan mudah mendapatkan ide untuk menstimulasi anak-anak di rumah sesuai usia dan gaya belajarnya. Bahkan tidak melulu soal akademik, non-akademik hingga pembentukan karakter juga lebih diperhatikan.
Paling tidak, banyak parents yang mulai aware nih memilih sekolah yang sesuai dengan visi misi keluarganya masing-masing (bukan sekadar ikut-ikutan). Di era sekarang, parents juga banyak mendorong anak untuk berkegiatan tidak hanya yang berkaitan dengan akademik semata. At least di circle-ku sudah mulai demikian. Kalau Moms bagaimana?
Generasi masa kini terkenal juga dengan generasi yang memiliki pikiran terbuka (open minded) lho Moms, tentu perlu strategi khusus untuk orang tua dalam membersamai tumbuh kembang mereka.
Pendidikan kini menjadi semakin luas, tidak hanya di bangku sekolah saja melainkan bisa dari berbagai sumber. Begitu pula dengan istilah "anak pintar" sekarang tidak hanya berdasarkan nilai rapor yang bagus, namun juga dari banyak hal lain dan mencakup banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini selaras dengan macam-macam kecerdasan yang dimiliki anak (multiple intelligences). Sebagai orang tua, kita harus percaya bahwa setiap anak itu unik. Tugas kita sebagai orang tua adalah memfasilitasi mereka sesuai keunikannya masing-masing.
Menurut Horward Gardner, ada 9 bentuk kecerdasan atau disebut juga kecerdasan majemuk (multiple intelligences): kecerdasan musikal, naturalis, linguistik, interpersonal, intrapersonal, visual spasial, logika matematika, kinestetik, dan moral.
Jadi, membersamai tumbuh kembang generasi Alpha memerlukan kolaborasi dari teknologi digital dengan berbagai aktivitas yang menarik, sehingga membuat pembelajaran mereka kian efektif, efisien dan menyenangkan. Dengan demikian potensi anak akan lebih keluar dengan lebih optimal.
Pada akhirnya, tidak hanya kemampuan akademik yang diperhatikan bukan? Non-akademik juga kian seimbang. Ada satu lagi yang tak kalah penting, yaitu kekuatan mental hingga terbentuknya karakter si anak alias dikenal dengan istilah inner strength anak. Apakah itu?
2# Optimalkan Inner Strength Anak untuk Generasi Kuat Mental dan Berkarakter Baik; Modal Mewujudkan Mimpi dan Cita-Cita!
Sad but true, aku pernah membaca headline berita yang mengungkapkan bahwa generasi Alpha itu paling terdidik, namun memiliki daya juang yang rendah. Why?
Dilansir dari Liputan6, ternyata dengan fasilitas era sekarang yang kian lengkap dan canggih, ini menjadi salah satu faktor yang membuat generasi Alpha memiliki daya juang rendah alias mager (males gerak). Inilah sebabnya mengoptimalkan inner strength anak menjadi hal yang urgent.
Apa itu inner strength? Singkatnya, inner strength adalah kekuatan mental anak yang tercerminkan oleh kekuatan karakter yang ada pada setiap anak. Contoh dari kekuatan baik dari dalam alias inner stength itu sendiri meliputi : pemberani, baik hati, tangguh, percaya diri, dll.
Jika berbicara mengenai daya juang anak, aku jadi ingat salah satu metode pendidikan anak bernama Montessori. Moms jaman sekarang pasti tidak asing dong dengan metode ini?
Montessori mengajarkan parents untuk respect terhadap karakter dan keunikan masing-masing anak dan mendidik mereka sesuai dengan fitrahnya. Termasuk membuat anak memiliki daya juang yang tinggi, berani, percaya diri, baik hati, bahkan mandiri.
Mengutip dari teori Filosofi Montessori, ada beberapa hal yang bisa Moms pahami demi mengoptimalkan inner strength anak:
1. Anak memiliki absorbent mind dan memiliki fase sensitive periods
Di sini, kita diingatkan bahwa 6 tahun pertama anak adalah masa absorbent mind, dimana anak menyerap informasi di lingkungan sekitarnya dengan panca indera, penyerapan bahasa, pengembangan motorik, kognitif, hingga kemampuan sosial.
Sedangkan dalam fase sensitive periods sendiri adalah fase dimana anak memiliki ketertarikan dalam hal tertentu dengan lebih excited. As parents, sebaiknya kita aware dan memfasilitasi mereka saat fase itu datang agar gairah belajarnya terjaga.
2. Menyiapkan lingkungan dengan maksimal (prepared environment)
Lagi-lagi peran orang tua di sini adalah memfasilitasi. Kali ini dalam hal menyiapkan lingkungan yang mendukung anak untuk bertumbuh dan berkembang dengan optimal dalam berbagai aspek dan sesuai usianya.
Jadi dengan lingkungan yang sudah dipersiapkan (kids friendly), anak akan lebih mudah berkegiatan. Selain itu, anak akan tumbuh lebih disiplin dan konsentrasi dalam keseharian. Output-nya adalah anak menjadi percaya diri dalam berkegiatan sehari-hari, bahkan mandiri sedari dini.
3. Follow the Child
Dalam hal ini parents bisa mengobservasi terlebih dahulu apa yang menjadi ketertarikan anak. Anak sedang menyukai apa sih? Berikan kesempatan anak untuk melakukan sesuatu yang mereka sukai dan bukan paksaan kita sebagai orang tua.
Ini menjadi tantangan tersendiri untuk orang tua agar lebih kreatif dan "legowo" mendampingi anak. Nantinya saat hal tersebut berhasil, anak akan lebih percaya diri lho, Moms!
4. Setiap Anak itu Unik!
Ini yang perlu parents ingat, bahwa setiap anak itu unik even lahir dari rahim yang sama. Setiap anak membawa kekurangan dan kelebihannya masing-masing, tumbuh kembangnya juga berbeda. Oleh karena itu sebaiknya parents memfasilitasi anak sesuai dengan minatnya.
5. Control of Error
Dalam hal ini kita sebaiknya jangan mudah mengkoreksi anak, tahan. Saat kita masih menjadi anak-anak, dikoreksi terus menerus oleh orang dewasa saat mencoba hal baru tentu tidak enak bukan? Beri kesempatan anak untuk melakukan hal positif yang dia mau.
Dengan ini anak akan belajar dari kesalahan dan mengevaluasi kesalahan hingga melakukan perbaikan ke depannya, sehingga dia menjadi pribadi yang tidak terus bergantung pada manusia dewasa. Ini tentu meningkatkan rasa percaya dirinya, memiliki skill problem solving dan memotivasinya untuk memiliki daya juang.
6. Freedom with Limits dan Respect the Child
Dalam konteks freedom with limits ini kita memberi kebebasan pada anak, namun tetap mengarahkan batasan-batasan. Jangan sampai kebebasan kita merugikan dan mengganggu orang lain, be kind!
Anyway, jaman dulu identik dengan parenting yang otoriter. Kini, mulailah untuk respect alias menghargai terhadap keputusan anak. Beri mereka kesempatan untuk mencoba, beri kepercayaan dan tawarkan bantuan hanya jika diperlukan.
Paling tidak beberapa hal di atas bisa kita ambil filosofinya untuk mengoptimalkan inner stength anak hingga tercipta generasi dengan mental yang kuat, namun tetap baik hatinya.
3# Ayahku Sang Pelatih Bola, Mengajarkanku untuk Percaya Diri!
Seperti yang sudah terus digaungkan, bahwa Indonesia menempati urutan ketiga dengan anak-anak tanpa ayah (fatherless country) terbanyak.
Sedihnya, "tanpa ayah" di sini bukan berarti Ayahnya tidak ada alias sudah meninggal. Bahkan yang Ayahnya ada juga bisa jadi fatherless lho karena perannya tidak maksimal dalam pengasuhan anak.
Dikutip dari CNN Indonesia, anak yang mengalami fatherless rata-rata (meski tidak semua) merasa kurang percaya diri. Mereka juga cenderung menarik diri di kehidupan sosial, rentan melakukan tindak kriminal dan kekerasan, memiliki kondisi kesehatan mental yang bermasalah, munculnya depresi hingga pencapaian nilai akademis yang rendah.
Allen & Day (2007) juga merangkum beberapa penelitian terkait dengan manfaat bagi anak ketika Ayah mau terlibat dalam pengasuhan anak, meliputi:
1. Baik dalam Aspek Kognitif
Anak menjadi memiliki kemampuan problem solving yang lebih baik, IQ lebih tinggi, kosakata yang lebih banyak, serta memiliki motivasi akademik yang baik. Anak juga akan lebih menikmati masa sekolahnya, memiliki sikap positif di sekolah dan lebih tertarik dalam kegiatan ekstra kurikuler.
2. Perkembangan Sosial yang Lebih Baik
Saat peran Ayah optimal dalam pengasuhan, biasanya kompetensi sosial anak akan lebih baik, inisiatif dan kematangan sosialnya juga. Sehingga kemampuan anak untuk adaptasi dan berbaur dengan orang lain menjadi lebih baik.
Selain itu, biasanya anak yang dekat dengan Ayah memiliki perilaku sosial yang lebih baik terhadap saudaranya, bergaul baik dengan teman sebayanya dan memiliki ketahanan dalam menyelesaikan masalah.
3. Perkembangan Emosi dan Well-being juga Lebih Baik
Ayah yang terlibat dalam pengasuhan anak, si anak akan lebih merasa aman (secure), lebih kompeten dalam menghadapi situasi tertekan/presure dan bisa mengelola stress dengan lebih baik.
Kedekatan Ayah dengan anak juga bisa mengurangi resiko depresi. Anak lebih memiliki penerimaan diri (self acceptance) sehingga mengurangi resiko untuk terlibat dalam perilaku menyimpang. Jadi, anak memiliki karakter positif dan mengeluarkan kebaikan dari dalam dirinya.
Uraian di atas tentu menjadi salah satu aspek untuk mendukung dan mengoptimalkan inner strength anak. Sehingga anak akan menjadi berani, percaya diri, baik, serta tangguh. Yuk, Ayah! Terlibat yuk dalam pengasuhan anak!
Aku beruntung memiliki partner hidup (Ayah dari anak-anakku) yang mau terlibat dalam pengasuhan anak. Memang benar adanya ini sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak-anak perempuanku.
Ayah Nasha dan Raina sering mengajak mereka bersosialisasi dengan sekitar, mengenalkan lingkungan luar dengan lebih telaten, mendorong anak untuk beraktivitas fisik hingga menjadi support system anak saat berkegiatan yang menggunakan adrenalin alias menantang.
Support sang Ayah dalam optimalisasi inner strength terlihat saat anak-anak bangkit lagi ketika jatuh, tidak takut mencoba hal baru dan percaya pada dirinya serta memiliki rasa berharga meski dengan lingkungan yang terkadang membuatnya kecewa.
Salah satu olahraga favorit anak dengan Ayahnya di rumah adalah jalan kaki dan bermain sepak bola. Meski anak-anakku perempuan, mereka suka bermain sepak bola dengan Ayahnya di halaman rumah. Terdengar suara gelak tawa dan keseruan yang nyata. Seru!
Untuk parents yang belum tahu, Ayah Nasha dan Raina pernah menjadi pengurus dan pendamping pelatih untuk sebuah SSB (Sekolah Sepak Bola) di perusahaannya. Itu adalah program CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaan tempatnya bekerja untuk membimbing anak karyawan yang memiliki minat bakat terhadap sepak bola.
Jika ditelusuri, beliau memang suka sepak bola sedari kecil. Bahkan almarhum Bapak mertuaku yang sudah sepuh saja sering bermain sepak bola di lapangan dekat rumahnya sebelum beliau meninggal.
Aku juga pernah melihat album suamiku ketika kuliah. Ada foto dengan rambut 'godrong' mengenakan kaos bola di lapangan sepak bola tentunya. Jadi, tidak heran jika Ayah dari anak-anakku terjun ke SSB di perusahaan lamanya.
Ngomong-ngomong soal sepak bola, ini adalah olahraga yang bermanfaat lho Moms untuk anak. Olah raga ini adalah salah satu wujud kecerdasan kinestetik (gerakan), dimana kemampuan koordinasi gerak tubuh yang baik alias kegiatan fisik diutamakan di sini.
Sesuai dengan fitrah anak, bahwa kenyataannya anak memiliki fitrah fisik yang kuat. Anak-anak suka bergerak, berlarian, eksplorasi, interaksi, dan aktif bermain. Untuk menjaga fitrah fisik tersebut, Moms bisa memfasilitasi mereka dengan mengikuti pelatihan olah raga, yaitu sepak bola anak salah satunya.
Wujudkan Mimpi Menjadi Sepak Bola Handal Bersama Biskuat Academy 2022!
1# Skill Sepakbola feat. Inner Strength Anak: Jadi Pemain Sepak Bola Handal!
Seperti yang kita tahu bahwa dalam bermain sepak bola, kita memerlukan sebuah skill. Namun nyatanya, selain skill, agar dapat menjadi pemain sepak bola yang handal generasi muda juga perlu memiliki karakter yang kuat dan juga positif.
Support parents untuk memfasilitasi ini sangatlah penting. Faktanya saling berkaitan,sepak bola dapat mengembangkan berbagai 'kekuatan baik dari dalam' (inner strength) anak, seperti berani, percaya diri, baik hati, dan tangguh, saat berinteraksi dengan orang lain maupun diri sendiri.
Secara pribadi, aku juga merasa bahwa sepak bola adalah olahraga yang kontak fisik dengan lawannya lebih intens dan dekat. Tentu emosi, pengendalian diri, jiwa yang supportif, percaya diri dan segala sikap positif sangat diperlukan oleh pemain sepak bola. Mentalnya harus kuat di lapangan. Belum lagi pressure penonton di tribun.
So, aku happy saat tahu bahwa Biskuat membuat Sekolah Bola Online. Bangga saat brand biskuit favoritku dan anak-anakku peduli pada mimpi-mimpi anak di Indonesia dari segala penjuru tanah air, terutama dalam bidang sepak bola anak.
Sebagai Mom, aku mempercayakan Biskuat untuk cemilan anak karena berbahan gandum dan susu yang mengandung 9 vitamin, yaitu Vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B12, D, dan E; serta dilengkapi dengan 6 mineral yaitu kalsium, magnesium, besi, fosfor, seng, dan yodium. Biskuat hadir dalam 2 varian rasa yaitu original dan cokelat.
Biskuat sendiri adalah salah satu brand unggulan dari Mondelez International yang memiliki purpose-led brand (tujuan mulia) untuk menciptakan #GenerasiTiger. Yang dimaksud Generasi Tiger adalah anak-anak tidak hanya berprestasi tapi juga memiliki 'kekuatan baik dari dalam' (inner strength) yang tercermin dari karakter positif anak.
Biskuat percaya bahwa setiap anak memiliki potensi tak terbatas, bahkan melebihi apa yang terlihat. Aku setuju! Dalam setiap diri anak memiliki kekuatan sejati dan unik. Selain berprestasi di bidang akademik, Biskuat juga support terhadap pencapaian prestasi anak-anak Indonesia di bidang olahraga, khususnya sepak bola.
Jadi, untuk parents, yuk dukung pengembangan kekuatan baik dari dalam (inner strength) anak dengan menyalurkannya melalui olahraga sepak bola dengan mengikuti Sekolah Bola Online BISKUAT ACADEMY 2022! Simak sampai selesai ya penjelasan lengkapnya!
2# Biskuat Academy 2022 (Sekolah Sepak Bola Online)
Didukung oleh Kemenpora dan Kemendikbud Ristek, Biskuat berkomitmen untuk menggali potensi sepak bola anak melalui kegiatan Sekolah Bola Online (Inner Strength Biskuat Academy 2022).
Minhajul Ngabidin, S.Pd., M.Si selaku Widyaprada Ahli Madya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengungkapkan dukungan dan apresiasi kepada Biskuat:
“Sejak tahun 2021, Kemendikbud Ristek memberikan dukungannya kepada BISKUAT ACADEMY yang sejalan dengan visi dan misi Ditjen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Ristek dalam mewujudkan pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong-royong, dan berkebinekaan global,” ungkap Minhajul Ngabidin, S.Pd., M.Si.
Dr. Raden Isnanta, M.Pd. selaku Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga juga memberikan dukungan penuh kepada BISKUAT ACADEMY sejak 2019, karena memiliki visi yang sama dalam hal peningkatan prestasi olahraga dan mempersiapkan generasi sepak bola masa depan Indonesia.
Bersama Biskuat Academy, anak dapat mengembangkan kekuatan dari dalam (Inner strength) dan mewujudkan mimpinya menjadi pemain sepak bola handal. Di sini anak dapat meningkatkan keterampilan sepak bola dari pelatih berlisensi UEFA dan bisa bertemu juga dengan pemain profesional dari Tim Nasional Sepak Bola Indonesia.
Ini adalah tahun ke-4 pelaksanaan Biskuat Academy. Dengan anak mengikuti Biskuat Academy, maka mereka akan mendapatkan banyak keuntungan lho Moms, yaitu meliputi:
- Belajar teknik sepak bola dari pelatih bersertifikasi UEFA (Coach Timo Scheunemann) dan Coach Aji sebagai sosok Pelatih Inspirasional.
- Belajar langsung dari pemain nasional Indonesia (timnas).
- Berkesempatan memenangkan Tur ke Stadion di Eropa dan ratusan hadiah lainnya.
- Mendapat E-Certificate untuk seluruh peserta dan sertifikat fisik yang ditandatangani oleh Kemendikbud dan Kemenpora untuk para finalis.
Selain Sekolah Sepak Bola, Biskuat melalui inisiatif terbarunya yaitu “Workshop Guru Olahraga”, memberi dukungan kepada para pahlawan di balik pengembangan potensi sepak bola anak yaitu meliputi guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Penjasorkes) di tingkat Sekolah Dasar dan Menengah serta Pelatih Sekolah Sepak Bola pada tanggal 15 Oktober 2022.
3# Bagaimana Cara Mengikuti Biskuat Academy 2022?
Tahun ini Biskuat Academy 2022 masih hadir dalam format Sekolah Bola Online karena situasi pandemi yang belum usai. Namun, hadir dengan jumlah kelas yang lebih banyak dari tahun sebelumnya lho! Hal ini bertujuan agar dapat memberikan kemudahan akses untuk menjangkau lebih banyak anak di seluruh Indonesia.
Di Biskuat Academy 2022 terdapat 7 kelas yang pelaksanaannya dimulai pada 25 September dan 9 Oktober 2022; 23 Oktober dan 9 November 2022; 20 November dan 11 Desember 2022; dan kelas terakhir pada tanggal 18 Desember 2022.
Sedangkan Grand Final Sekolah Bola Online Biskuat Academy 2022 ini akan diselenggarakan pada 22 Januari 2023.
Untuk mengikuti BISKUAT ACADEMY 2022, cukup dengan membeli produk Biskuat dan mengirimkan pesan ke Whatsapp Official Biskuat di nomor 08112225919 untuk mendapat akses menonton Sekolah Bola Online di website Biskuat Academy wwww.biskuatacademy.com.
Berikut adalah tahap demi tahap untuk mengikuti Biskuat Academy 2022:
Penutup
Selalu merasa terharu setiap melihat narasi mimpi manusia penuh keterbatasan, namun tak ada halangan untuk berjuang. Karena segala mimpi pantas diperjuangkan hingga terwujud.
Semakin merasa terharu lagi saat ada orang atau suatu brand yang optimis untuk membantu anak-anak penuh keterbatasan mewujudkan mimpinya menjadi pemain sepak bola profesional kelak. Terima kasih orang baik! :)
Mengutip dari pernyataan Coach Aji (sebagai sosok Pelatih Inspirasional). Jika satu pelatih saja bisa mengembangkan sekelompok anak, maka dukungan penuh dari berbagai pihak (termasuk guru, orang tua, dan masyarakat sekitar) dapat menghasilkan perubahan yang optimal dalam pengembangan olahraga sepak bola, sekaligus mengembangkan karakter positif pada anak Indonesia.
Jadi kita sebagai orang tua, harus meyakini bahwa dalam diri setiap anak memang ada kekuatan yang lebih hebat dari yang kita sangka selama ini. Inilah pentingnya mengoptimalkan inner strength anak, agar berani, percaya diri, baik, dan tangguh.
Last but not the least, mirip seperti pesan Zaskia Adya Mecca saat conferensi press (mirip juga wajahnya kan ya *maksa). Aku sepakat bahwa hebat bukan hanya mengenai nilai akademik, namun juga non akademik serta kekuatan mental yang tercermin menjadi karakter si anak (inner strength).
BISKUAT ACADEMY ini merupakan wadah dan juga kesempatan terbaik untuk mendukung potensi anak melalui bidang non-akademik, khsusunya kali ini melalui olahraga sepak bola.
Jadi, tunggu apalagi? Jangan sampai ketinggalan event menarik ini ya, parents! Yuk dukung potensi dan minat bakat anak dengan memfasilitasi mereka mengikuti kegiatan positif sekaligus menyenangkan.
Bukan tidak mungkin mimpi mereka menjadi pemain sepak bola handal masa depan Indonesia menjadi kenyataan dari sini (Inner Strength Biskuat Academy 2022)! Start from now! #GenerasiTiger #BiskuatDukungMimpimu
https://kaksetoschool.sch.id/index.php/galeri/32-generasi-alpha-dan-pendidikan-4-0
https://ibuibudoyannulis.com/wp-content/uploads/2022/10/BISKUAT-ACADEMY-2022.pdf
https://www.liputan6.com/health/read/2984300/generasi-alfa-paling-terdidik-tapi-daya-juang-rendah
Buku Islamic Montessori (Zahra Zahira, 2019)
semoga dengan adanya biskuat academy ini akan muncul pemain bola Indonesia yang andal dan membawa Indonesia ke pertandingan internasional
BalasHapusAlhamdulillah ya mba sekarang banyak sekali club' positif baik untuk para orang tua maupun untuk anak. Setuju sekali dengan filosofi teori tentang menumbuhkan inner strength yg dirumuskan Montessori. Memasukkan anak ke Biskuat Academy merupakan salah satu upaya untuk mendukung minat dan bakat anak, follow the child.
BalasHapuswih keren deh adek mau ikutan Biskuat Akademi semoga bermanfat dan memberikan pengalaman untuk bekal masa depan
BalasHapusWah Kakak ikut lomba tanpa ditemani saja itu sudah keberanian yang hebat bagi anak seusianya. Inner strength nya sudah terlihat dari sejak dini, tinggal dilatih dan diasah terus yaa.. meski perempuan juga tidak masalah bermain sepak bola, karena sepak bola merupakan wujud olahraga kecerdasan kinestetik (gerakan) dan membutuhkan skill. Semangat terus olahraganya yaa 🤗
BalasHapusCocok nih ayahnya Nasha pendamping pelatih sepak bola Kan ya, nah pasti paham banget Cara mengembangkan sebuah inner Strength Anak lewat karakter Positif mereka. Seneng banget lho kalau ada ayah yang mau turut serta mendidik dan mengasuh anak-anaknya gini.
BalasHapusSepakbola memanng sudah jadi olah raga semua orang yaa. Dari jaman ayah nya sampai anak2 nya suka sepak bola juga
BalasHapusWah keren sekali mbak. Kakak yg berani ikut lomba dan memahami kekalahan. Penting bgt emang peran ayah dalam parenting ya mba. Eh pernah jd pelatih bola ya ayahnya. Tau bgt pasti cara melatih bermain bola
BalasHapusWaaah kakak hebat yaa, selamat bertumbuh ya kakak, semangat!
BalasHapusMendidik anak generasi alpha emang luar biasa ya mbaa, tapi juga beruntung menjadi Mom di era digital yang serba mudah.
Dan, seperti halnya Biskuat academy sebagai wadah mewujudkan mimpi anak dengan kolaborasi digital yang dilakukan secara online. Cocok banget menjadi media yang membantu mengembangkan inner strength anak mewujudkan mimpi setelah peran dari orang tua.
Sepakat dengan salah satu quotenya tentang fokus kepada apa yang menjadi kelebihan/prestasi anak saat itu, kemudian tugas kita adalah mengarahkan, ya mbak. Bukan justru malah fokus dengan apa yang kita ingin dilakukan/dicapai oleh anak.
BalasHapusPeran orang tua pertama menemukan atau melihat keunikan anak ini memang unik, karena orang tua saat ini melihat yang tidak unik dari anak. Kudu pinter kayak temennya, kudu bisa juara 1, ga salah sih, tapi anak juga punya sisi non akademik yang bisa dikembangkan secara seimbang. Apalagi ada dukungan dari Biskuat Academy, bakal makin berkembang inner strength anak
BalasHapuswah lengkap banget. ilmu baru bagiku yang masih bumil ini. terima kasih, mbak. kalau gini rasanya emak dan bapaknya memang harus belajar lebih banyak lagi demi mempersiapkan generasi berikutnya
BalasHapusbeberapa waktu yang lalu saya sempat kepikiran membuat artikel bagaimana menerapkan metode parenting untuk generasi alpha. karena tantangannya cukup besar, artikel belum rampung karena masih riset. tapi artikelnya mba widya nih membantu saya sebagai referensi. boleh ya mba, hehehe. tetiba kepikiran begit karena terasa banget oleh saya sebagai mom dari anak-anak generasi alpha yang condong hyper gadget dan tingkah laku yang agak sulit dikendalikan. harus super hati-hati jika dibandingkan pola parenting jaman saya kecil dulu, oleh orangtua saya. menggali dan mengelola Inner Strength Anak menjadi hal yang diutamakan. salah satunya dengan ikutan biskuat academy. sayangnya baru diadakan untuk cabang olahraga sepakbola ya. semoga kedepannya biskuat academy bisa mendukung bidang lainnya, tidak hanya olahraga.
BalasHapusbeberapa waktu yang lalu saya sempat kepikiran membuat artikel bagaimana menerapkan metode parenting untuk generasi alpha. karena tantangannya cukup besar, artikel belum rampung karena masih riset. tapi artikelnya mba widya nih membantu saya sebagai referensi. boleh ya mba, hehehe. tetiba kepikiran begit karena terasa banget oleh saya sebagai mom dari anak-anak generasi alpha yang condong hyper gadget dan tingkah laku yang agak sulit dikendalikan. harus super hati-hati jika dibandingkan pola parenting jaman saya kecil dulu, oleh orangtua saya. menggali dan mengelola Inner Strength Anak menjadi hal yang diutamakan. salah satunya dengan ikutan biskuat academy. sayangnya baru diadakan untuk cabang olahraga sepakbola ya. semoga kedepannya biskuat academy bisa mendukung bidang lainnya, tidak hanya olahraga.
BalasHapusProgramnya Biskuat ini bagus banget memberi perhatian ke hal-hal non-akademik. Hal yang selama ini dipandang enteng oleh para ortu dan orang seputar pendidikan.
BalasHapusYess aku Setuju banget sama filosofi teori tentang menumbuhkan inner strength. Dengan hadirnya Biskuat Academy adalah pengembangan minat dan bekal anak untuk masa depannya
BalasHapusMemilih sekolah untuk anak sesuai visi dan misi ini kalau di kampung masih sulit direalisasikan nih. Tapi dengan adanya semacam akademi seperti yang diadakan Biskuat ini anak yang memang memiliki kemampuan di bidang olahraga sepak bola bisa berusaha untuk gabung da mendapatkan bimbingan disana ya
BalasHapusSeneng banget bisa membersamai anak saat lomba. Urusan memang kalah tak jadi masalah asal mental anak terbangun dg apik. Semoga saya bisa begitu.
BalasHapuswah anak-anak kita tahun kelahirannya sama keduanya ya, mbak. bedanya anakku yang ke dua laki-laki. hehe. memang nih perlu banget ya bagi orang tua menanamkan inner strength buat anak-anaknya agar tumbuh menjadi pribadi yang tangguh
BalasHapusInner strength tuh modal besar yg harus digali dan ditumbuhkan para orang tua ya. Bagus bgt program drj biskuat academy, kebayang akan lahir calon pesepak bola handal yg beradab seperti CR7
BalasHapusResiliensi memang jadi catatan bagi generasi stawberry nih. Sedih banget deh kadang. Tapi menyimak ulasan ini jadi semangat bahwa ada kesemoatan kok untuk membangun itu melalui prpgram2 postif seperti academy bola dari biskuat ini.
BalasHapus.seneng deh para ibu cerdas mengulas ini
Dapat tambahan referensi membersamai anak menumbuhkan inner strengthnya. Dan bola memang olahraga sejuta ummat eh lebih malah. Empat anak laki-laki ku, 2 orang suka banget sama bola sampai jadi pemain bila level liga pelajar, dan 2 lainnya suka tenis meja . Anak laki-laki memang berlebih energinya jadi harus disalurkan salah satunya dengan olahraga.
BalasHapusMantap ibu. Sebagai orang tua yang baik, kita memang harus selalu mendukung impian anak
BalasHapusProgramnya keren dan kekinian banget nih biskuat. Tetap bisa memfasilitasi kecintaan pada bola meski di era pandemi.
BalasHapus