Cara Agar Anak Percaya Diri di Sekolah. Bukan Pemalu! - Jadi inget beberapa tahun lalu, saat anak pertamaku berusia sekitar 1-3 tahun. Beberapa orang melabelinya sebagai anak yang pemalu. Beberapa lagi melabelinya dengan anak yang nggak 'sumeh'. Aku cukup risih dengan label-label itu.
Nggak kalah, aku sendiripun dilabeli sebagai Ibu yang nggak pernah mengajak anak bersosialisasi ke lingkungan. Jadi label itu tersemat ke anak pertamaku kala itu, sebagai 'anak yang takut orang'.
Sebagai Ibu baru beberapa tahun lalu, tentu aku baper banget lah. Nggak ngerti lagi gimana jelasinnya ke mereka. Hingga akhirnya aku mengikuti suatu kelas Rangkul dari Keluarga Kita besutan Najelaa Shihab.
Di sana aku mengeluarkan unek-unek yang ada tentang ini. Sejujurnya aku takut label ini keterusan hingga tiba waktunya sekolah. Nah, saat itu kebetulan ada lulusan Psikologi yang juga mengikuti kelas ini. Sehingga aku mendapat pencerahan bahwa ada beberapa tipe tempramen anak yang wajib kita ketahui.
Apa saja? Sabar, kita kupas yuk pelan-pelan.
A. Apa itu Percaya Diri?
Mudahnya, percaya diri adalah suatu pandangan diri terhadap diri sendiri terkait dengan kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki. Hal ini dipercaya untuk menunjang kehidupan dan mencapai tujuan dalam hidup.
Dalam jurnal (Bimbingan Konseling, Ilmu Pendidikan UNNES) yang aku baca, setidaknya ada 4 proses terbentuknya tingkat kepercayaan diri seseorang.
A.1. Proses terbentuknya tingkat kepercayaan diri anak:
- Terbentuk kepribadiannya sesuai tahap tumbuh kembang
- Pemahaman terhadap kekurangan dan kelebihan diri
- Pengalaman yang telah dilalui
- Adanya keyakinan dan tekat untuk mencapai tujuan hidup
Dari sini sudah mulai terlihat ya bahwa ada peran kita sebagai orang tua untuk mendampingi anak melewati proses demi prosesnya agar anak-anak kita tumbuh optimal dengan rasa percaya diri yang positif.
Terutama saat anak sudah sekolah. Adanya aspek stimulasi percaya diri yang tidak optimal maka akan berdampak pada kegiatan belajar, prestasi dan sosialisasi di sekolahnya.
A.2. Kapan mereka dikatakan sebagai anak percaya diri di sekolah?
- Mudah beradaptasi dan menempatkan diri sesuai keadaan
- Memiliki self love dan pandangan positif terhadap diri sendiri
- Menyadari betul bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing
- Mudah bersosialisasi dengan guru, teman, dll
- Pantang menyerah, terutama saat mengerjakan tugas, ujian, dan hal lainnya.
- Bersikap tenang dalam menghadapi sesuatu
B. Penyebab Anak Tidak Percaya Diri
Namun memang kita lebih mudah melihat dari luar, tanpa mengulik lebih jauh. Dengan hal tersebut jadi muncul stigma adanya anak yang pemalu. Anak yang terus dilabeli dengan hal tersebut, maka akan memunculkan penilaian diri sendiri yang tidak baik tentunya.
Jadi tersugesti gitu nggak sih?
Sebetulnya apa saja sih yang menyebabkan anak jadi tidak percaya diri? Ternyata ada 2 faktor nih, yaitu internal dan eksternal.
B.1. Faktor Eksternal Penyebab Anak Tidak Percaya Diri
Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat kepercayaan diri anak adalah pola asuh orang tua. Pola asuh sendiri terkait dengan tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, jumlah anak, serta nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya.
Tapi ternyata faktor krusial adalah peran orang tua di sini. Terutama di rentang anak usia dini. Sikap kita saat membersamai anak saat itu akan dipersepsikan oleh anak secara mendalam sesuai persepsi mereka (childern see, childern do). Serta perlu diingat, adanya aspek absorbent mind di usia ini.
Usia dini segala hal mudah terserap, interaksi orang tua serta labelling yang ada akan mempengaruhi persepsi anak terhadap dirinya sendiri. So, hati-hati ya Bu Ibu, berkatalah yang baik atau diam.
B.1. Faktor Internal Penyebab Anak Tidak Percaya Diri
Faktor internal ada di pola pikir diri sendiri sebetulnya. Namun seperti yang disinggung di atas bahwa pola pikir kita juga ada interfensi dari pola asuh dan lingkungan. Terutama berpengaruh terhadap diri ini dalam mempersepsikan diri sendiri.
Selain itu pada usia 1-7 tahun ada faktor dalam diri anak yang perlu kita pelajari, yaitu terkait dengan tempramen anak. Ini hal yang sangat penting, terutama untuk orang yang suka melabeli anak usia dini dengan label "pemalu" dan sejenisnya.
Dalam jurnal repository.usd.ac.id, ada 3 pola tempramen anak:
- Anak yang mudah (easy child)
- Anak yang sulit (difficult child)
Ciri-cirinya : sering menangis (dengan suara keras), tertawa pun dengan suara yang keras, rutinitas tidak teratur, lambat menerima perubahan, curiga terhadap orang baru, bereaksi kemarahan terhadap rasa frustasi.
- Anak yang bereaksi perlahan (slow to warm)
Ciri-cirinya : bereaksi perlahan dan membutuhkan waktu adaptasi terhadap hal baru, rutinitas di pertengahan mudah dan sulit, menunjukkan respon negatif terhadap hal baru di awal (orang baru, situasi baru, tempat baru), namun perlahan timbul rasa suka dan nyaman setelah dikenalkan berulang kali dan tanpa paksaan.
Nah, dari 3 tempramen di atas. Termasuk yang mana anak Bu Ibu? anakku masuk slow to warm di usia 1-3 tahun. Namun dengan stimulasi yang aku berikan, kini dia tumbuh dengan percaya diri dan tetap waspada meski di situasi baru. I feel so blessed.
Jangan ada lagi labelling anak pemalu, anak takut orang, dll, di usia dini mereka ya. Pahami keunikan anak dan berikan stimulasi tepat.
C. Cara Agar Anak Percaya Diri di Sekolah
Pentingnya orang tua dalam fase membangun rasa percaya diri pada anak dimulai dari usia dini. Di sini aspek penerimaan, perhatian, rasa cinta, kasih sayang, bonding/kelekatan yang kuat serta ketulusan menjadi hal penting yang harus orang tua penuhi ke anak.
Yang perlu diingat juga bahwa anak dihargai dan dicintai jangan hanya karena prestasi dan jangan hanya saat berbuat baik. Namun karena keberadaannya di tengah keluarga diakui. Dengan ini anak akan membangun persepsi positif pada diri dan meningkatkan rasa percaya dirinya juga nanti di sekolah.
Faktor lingkungan di sekolah dan para guru juga tentunya akan berdampak pada rasa percaya diri anak. Namun hal itu tentu tidak bisa kita kendalikan sepenuhnya. Kita kendalikan apa yang kita bisa, yaitu mempersiapkan anak untuk jadi anak yang percaya diri dari rumah hingga siap bersekolah.
Ada beberapa hal yang Bu Ibu bisa lakukan untuk menstimulasi rasa percaya diri pada anak di usia sekolah:
C.1. Beri anak banyak pengalaman
Berikan banyak pengalaman dengan stimulasi sedari dini sesuai kemampuan dan tahapan tumbuh kembangnya. Ajak mereka ke tempat baru, bertemu orang baru dan menjelajah hal baru. Hal ini sebagai bekal dia untuk nyaman terhadap dirinya dan bisa percaya diri menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas dan menantang.
Tapi jangan lupa sesuaikan dengan tempramen anak, jangan dipaksa.
Jangan lupa juga berikan anak kesempatan untuk melakukan hal sendiri atau membantu pekerjaan orang tua. Perasaan ingin menbantu kerap kali hadir di usia tersebut. Jadi harus dijaga fitrahnya dan rasa percaya dirinya seiring berjalannya waktu agar tidak luntur.
Ajak anak mencari solusi dalam keseharian juga bisa memunculkan rasa percaya dirinya. Tanya anak ingin melakukan apa di akhir pekan, ingin makan apa, dan pertanyaan terkait solusi sehari-hari. Skill problem solving ini tentu bermanfaat saat sekolah.
C.2. Bangun konsep diri yang positif
Bangun konsep diri yang positif. Seringlah ajak ngobrol anak-anak dan pertahankan bonding antara orang tua dan anak. Terimalah keberadaan mereka tidak hanya saat mereka baik dan berprestasi. Akuilah eksistensi dan setiap proses yang mereka lakukan. Jadilah pendengar yang baik untuk anak.
Jangan lakukan labelling, karena tiap anak itu unik. Perlakukan mereka sesuai keunikannya masing-masing. Jangan bandingkan dengan siapapun!
Berikan input positif terhadap image sekolah itu sendiri. Apalagi dalam fase awal sekolah, mungkin bagi mereka sekolah terasa membingungkan atau bahkan sangat menakutkan. Berilah insight positif dan ajarkan life skill untuk menghadapi dunia sosial di sekolah agar anak percaya diri dan siap.
Bicarakan cita cita dengan anak juga meningkatkan rasa percaya dirinya. Kenalkan berbagai profesi dan bangun awareness anak tentang misi spesifik hidupnya sesua usia.
C.3. Ajari anak menghadapi kegagalan
Tengok artikel ini aja langsung ya hehe. Mengajarkan Anak tentang Arti Kekalahan.
C.4. Berikan teladan terhadap pengendalian emosi, rutinitas, dan batasan
Anak-anak berada di tahap awal dalam mempelajari keterampilan pribadi, sosial dan emosional, seperti empati dan mengendalikan. Alih-alih hanya didoktrin atau diberi tahu, lebih baik berikanlah teladan.
Anak akan lebih mudah meniru dengan mencontoh bagaimana orang tuanya mengendalikan emosi mereka. Childern see childern do serta absorbent mind berlaku.
Beri juga teladan terhadap kebiasaan dan rutinitas yang baik. Beri input juga mengenai batasan, karena menyangkut hak diri dan hak orang lain dalam hidup sosial.
Dengan terlatihnya anak dalam hal pengendalian emosi, rutinitas dan batasan, maka anak akan lebih siap menghadapi berbagai karakter orang di sekolahnya.
C.5. Jangan mengancam dan menakut-nakuti
Orang tua seharusnya tidak menakut-nakuti anak kecil untuk berperilaku baik atau yang sesuai dengan keinginan orang tua. Jangan mengancam agar mereka mau. Karena itu nggak akan bertahan lama.
Tapi sentuhlah mereka di hatinya, berikan insight positif dalam diri anak agar anak melakukan hal positif atas dasar keinginan dari dalam diri. Bukan terpaksa apalagi karena takut.
Anak yang terancam dan takut juga lama-lama menimbulkan sifat buruk tersendiri yang menghambat kelancaran hubungan sosial di sekolah.
C.6. Jangan intervensi berlebihan
Jangan sedikit-sedikit melarang maupun membantu. Berikan kesempatan mereka melakukan hal tersebut. Jangan terlalu banyak diintervensi, karena seakan hal yang dilakukannya salah.
Biarkan anak mandiri sesuai usianya. Misalnya beri kesempatan mereka untuk mandi sendiri, makan sendiri, mengambil air minum sendiri, cuci tangan sendiri, memilih dan mengambil bajunya sendiri, selama tidak berbahaya.
Dengan ini, mereka akan merasa dihargai keputusannya. Anak akan lebih percaya pada kemampuan dirinya dan lebih mudah mengambil keputusan.
C.7. Berikan lingkungan sekolah yang baik
Pengajar atau guru menghabiskan banyak waktu dengan anak sehingga dapat memiliki dampak yang besar terhadap anak kita. Sebagai orang tua sebaiknya kita memilih sekolah anak yang tepat.
Tepat bagaimana? Yang lingkungannya baik, visi misi sekolah yang selaras dengan visi misi keluarga, on budget, dll.
Pendidikan karakter yang utama sebetulnya ada di keluarga, sekolah hanya membantu kita. Jadi pilihlah sekolah terbaik versi keluarga masing-masing.
Last but not the least, itulah penjelasan agar anak percaya diri.
Anak yang percaya diri akan tahu betul apa potensi dirinya, nyaman dengan dirinya sendiri serta bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik.
Semoga artikel 7 Cara Agar Anak Percaya Diri di Sekolah ini bermanfaat ya. See you on the next blog post! Stay safe :)
Bermanfaat sekali, dapat diterapkan ketika saya punya anak nanti :)
BalasHapusTerimakasih sudah mampir :)
HapusAku yang lagi berada di tahap ini. Duh kayaknya kita sama, anak rumahan jadi butuh waktu buat beradaptasi di lingkungan baru. Di minggu ke 2 sekolahnya aja masih 'pelit ngomong' dudududu... Padahal di rumah paling vokal.
BalasHapusPoint-point di atas mau ku terapkan terutama minim intervensi. Aku emak-emak yang 'rajin' intervensi kalau ga ada kerjaan wkwwk
Semangat mamak :) setiap anak memang unik ya. Setiap mamak2 struggle dengan keunikan masing-masing. Semoga kita bisa mengoptimalkan keunikan tsb ke arah yang positif yaa aamiin
HapusAnakku termasuk yang slow to warm juga mba..
BalasHapusKitanya sendiri yang harus sabar untuk mengenalkan hal" baru ke anak ya mba :)
Bisa nih aku coba tips"nya.. Makasih yaa :D
Iya harus sabar banget wkwkwk. Anakku slow to warm juga mbak, tp skg dia bisa handle style observernya itu. Jadi sekarang warmnya lebih cepet wkwkwk
Hapusdulu, anakku nomor 2 pemalu banget
BalasHapuskalo ada tamu, padahal tamu ayahnya, dia bakal ngumpet di belakang pintu
sesudah sekolah, saya gak banyak memproteksi,
malah di SMP saya suruh pulang sekolah naik angkot dan ikut banyak ekskul
Alhamdulilah, ketika pelepasan S2, dia maju untuk pidato tanpa teks
kata teman2nya sih emang udah biasa dia maju ke depan
Keren banget bun, memang harus banyak dikenalkan dan minim intervensi ya :) makasih bun sharingnya :)
HapusWah iyanpenting banget kita mengajarkan anak supaya bisa percaya diri sedari kecil. Anak aku usianya 4 tahun ni
BalasHapusSemangat :)
Hapuswah bermanfaat sekali, akupun sedang mengajakan bab percaya diri dan tdiak takut bertemu orang asing ,apalgi di adah maus ekolah nih. efek pandemi juga jadi kan jarang ketemu orang keren ibukkk artikelnya aku praktikkin deh tuh tipsnya
BalasHapusSebenernya bagus juga sih takut sama orang asing, eh tapi yang penting waspada deng ;) semangat untuk kita ya buk
HapusMasyaallah ilmu baru buat aku ini. akupun lagi berusaha mendidik anak-anak biar gak malu-malu nih, makasih ya banyak ilmu baru aku dapat dari tulisan ini.
BalasHapusSama-sama, semoga bermanfaat bun :)
Hapusrupanya, percaya diri pada anak itu harus dibentuk ya, dan orang tua punya peran besar, kudu semangat nih :)
BalasHapusIya mom perlu stimulasi agar optimal dan ssuai tempramn anak ;) semanagat
HapusAnankku tipe trempamen yang easy nih. gampang banget bergaul dengan teman baru. tetapi juga ga sembarangan, kalo sama laki-laki dewasa asing dia jaga jarak :D
BalasHapusAh anak pinter ;) ini pasti mamaknya jago stimulasinya
HapusMengobrol, sepertinya jadi kunci ya Mom agar buah hati lebih percaya diri. Orang tua berperan banyak dan penting di sini, ya Mom. Wah, sebuah pembelajaran untuk para orang tua dan calon orang tua ini.. terima kasih sharingnya Mom Widya :D
BalasHapusSama-sama mom, semoga bermanfaat yaa :)
HapusPenting nih, apalahi buat emak emak banyak anak kayak aku. Makasih ya mbak udah sharing.
BalasHapusSama-sama mbak ;) semoga dimudahkan hari-harinya aamiin
HapusDulu, saya termasuk anak yang tidak PD. Menginjak kelas 4 SD mulai tumbuh rasa percaya diri. Semua karena prestasi dan support dari orang tua dan guru. Makasih ya infonya
BalasHapusMasha Allah keren pak dokter :) sami sami
HapusSuka risih juga sih saat mendengar ucapan yang melabelli anak dengan kata-kata negatif kaya pemalu, takut, dll. Aku sendiri pernah juga berada di titik itu
BalasHapusIya ya kak, padahal we have own tempramen. Sehat dan bahagia selalu kak :)
HapusArtikel yang bagus buat saya sebagai guru..
BalasHapusBetul banget, pola asuh yang beda antara sekolah dan keluarga juga faktor yang memperlambat anak jadi percaya diri.
Belum lagi labelling itu ...
Terimakasih pak Guru sudah mampir :)
HapusSebagai seorang pendidik, PR banget menciptakan lingkungan sekolah/lingkungan belajar yang menyenangkan dan nyaman untuk setiap anak, mengingat setiap anak punya karakter dan latar belakang yang berbeda. Aah, artikel ini memberikan banyak insight baru buat saya. Terima kasih mbak :)
BalasHapusMasha Allah sehat selalu ya, Mbak ;) sama2 semoga bermanfaat...
Hapus