Beberapa tahun belakangan aku sering mendengar istilah inner child, apa itu inner child? Nah, kali ini pas sekali aku akan bahas itu di artikel ini. Lebih tepatnya aku akan mengambil insight dari suatu buku yang aku dapat dari penulisnya langsung.
Yes! Buku ini juga langsung ditandatangani oleh si penulis. Aku mendapatkannya karena memenangkan review instagram untuk suatu event (Juli 2020). Event yang saat itu berisi para pemateri bintang, yaitu Abah Rama Royani, Ayah Irwan Rinaldi, Ustadz Hary Santosa (Alm), Kang Asep Haerul Gani, dan Teh Kiki Barkiah.
Di event ini aku banyak sekali mendapatkan insight yang begitu mindblowing. Anyway, saat itu event ini adalah sebagai grand launching dari buku trilogi parenting, yaitu:
- Membasuh Luka Pengasuhan
- Membayar Utang Pengasuhan
- Ayah Tangguh
Buku trilogi ini ditulis oleh pasangan fenomenal, yaitu Teh Diah dan Pak Dandi. Uniknya mereka memiliki HR Consultant yang dinamakan Dandiah (www.dandiah.com). Bisa juga ke personal instagramnya Bu @diahmahmoed77 dan Pak @manukaing .
Yuk kita mulai ulik satu per satu.
A. Apa itu Inner Child?
Menurut Dr. John Bradshaw dalam bukunya Homecoming: Reclaiming and Championing Your Inner Child (1990),
Inner Child adalah pengalaman masa lalu yang tidak atau belum mendapatkan penyelesaian dengan baik.
Orang dewasa bisa memiliki berbagai macam kondisi yang dihasilkan oleh pengalaman positif dan negatif yang dialami masa lalu.
Seperti motivasi alam bawah sadar lainnya, inner child juga muncul pada orang dewasa dalam bentuk perilaku atau keadaan emosi yang tidak disadari.
A.1. Hal yang bisa memunculkan Inner Child menyakitkan (yang bersumber dari orang tua):
- Kekerasan fisik (cubitan, pukulan)
- Kekerasan emosional (labeling, ancaman, shaming)
- Over protective
- Pengabaian emosi
- Banyak aturan dan tidak boleh salah (perfeksionis)
Nah, kenangan masa kecil yang menyenangkan ini bisa dibilang inner child yang menyenangkan. Sedangkan jika masa kecil tersebut memiliki kenangan buruk nan menyakitkan, bisa dibilang itulah inner child menyakitkan atau bisa disebut juga luka pengasuhan.
Nggak bisa dianggap enteng, karena inner child yang menyakitkan ini berdampak saat kita dewasa. Sebagian orang mungkin nggak menyadarinya, namun sebagian lagi menyadarinya namun ignore dan nggak peduli. Hati-hati, bisa jadi bom waktu!
A.2. Dampak Luka Pengasuhan
Ranah Personal
- Buah self worth rendah : Sabotase diri (minder, merasa nggak berharga, nggak dicintai dan nggak diinginkan).
- Kesehatan fisik (psikosomatis: maag, migraine, vertigo, asma bahkan kanker).
Relasi Pre-Marital
- Trauma terhadap pernikahan
- Orientasi seksual
Relasi marital
- Mistrust relationship dan cemburu buta life
- Baby blues dan post partum
- Relasi dengan anak: sulitnya memutus rantai luka pengasuhan
Relasi sosial
- Mental blocking dengan orang tua
- Lahirnya ragam dan rupa kepribadian
Relasi spiritual
Luruhnya keimanan kepada Maha Pencipta
When you keep criticizing your kids, they don't stop loving you, they stop loving themselves. Let that sink in.
B. Pandangan Islam tentang Inner Child
Bicara tentang luka pengasuhan dalam Islam, berarti kita sedang bicara tentang konsep pengasuhan dalam Islam. Selanjutnya ini berkaitan dengan hak yang harus diperoleh anak (berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah).
B.1. Adapun 7 hak anak, meliputi:
- Hak untuk hidup dan tumbuh berkembang
- Hak mendapatkan perlindungan dan penjagaan dari siksa api neraka
- Hak mendapatkan nafkah dan kesejahteraan
- Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran
- Hak mendapatkan keadilan dan persamaan derajat
- Hak mendapatkan cinta kasih
- Hak untuk bermain
Nah, dalam buku Membasuh Luka Pengasuhan (Diah Mahmudah dan Dandi Birdy) ini ditarik kesimpulan bahwa setidaknya ada dua kondisi yang bisa memunculkan luka pengasuhan.
B.2. Kondisi yang bisa memicu luka pengasuhan
- Hak anak kurang/tidak dipenuhi sama sekali oleh sosok orang tua di masa kecil (masa pengasuhan dan pendidikan)
- Adanya momen buruk atau traumatis yang dialami oleh anak di masa kecil yang membekas hingga sekarang.
C. Cara healing/penyembuhan inner child
Seblum masuk ke cara healing inner child ini, maka perlu adanya assesment awal terlebih dahulu. Anyway, di buku Membasuh Luka Pengasuhan ada lho tabelnya.
Tahukah kamu? Luka pengasuhan ini bisa dialami oleh semua orang lho. Namun ternyata luka pengasuhan ini nggak akan berdampak bagi anak kecil (jiwanya akan baik-baik saja) jika:
- Adanya keseimbangan antara rasa cinta dengan luka atau bahkan adanya cinta orang yang jauh melebihi goresan luka. Misalnya cinta dari orang tua sendiri, caregiver lain (kakek, nenek, dll), cinta dari pasangan tersayang.
- Penjemput ilmu dan role model positif: pemutus rantai luka pengasuhan.
Luka pengasuhan adalah luka yang membuat hati sakit, jadi penting untuk menyembuhkan hati itu sendiri.
Teh Diah dalam bukunya memaparkan bahwa tujuan utama membasuh luka pengasuhan adalah perjuangan untuk meraih hati yang sehat agar kembali lembut dan penuh kasih sayang, baik ke diri sendiri, orang yang dikasihi dan Sang Ilahi.
Bagaimana cara membersihkan hati dari luka pengasuhan?
- Meluruskan niat
- Memaafkan
- Mendo'akan
- Melakukan Birrul Walidain
- Melibatkan Allah
Dalam psikologi, aspek memaafkan disebut forgiveness theraphy, dengan Asep Haerul Gani sebagai pioner terapi ini. Terinspirasi dari terapi tersebut dan berdasarkan pengalaman teh Diah, maka tahap membasuh luka pengasuhan terbagi melalui 5 tahap:
- Mengakui
- Menyadari
- Menerima
- Mengalirkan
- Memutuskan memaafkan
***
Okay, sebetulnya banyak banget yang ingin dibahas. Tapi kalian lebih baik beli bukunya langsung aja agar dapat informasi secara lengkap, menyeluruh dan bahkan bisa praktek juga.
Bukunya sudah aku spill di atas ya beserta akun instagramnya. So ya, buat kamu yang mungkin memiliki pengalaman buruk masa kecil yang membekas hingga sekarang, semoga artikel ini bermanfaat. Yuk sama-sama kita putuskan rantai luka pengasuhan.
Apa itu Inner Child? Definisi, Pandangan Islam, Cara Healing - sebuah insight dari buku Membasuh Luka Pengasuhan (Diah Mahmudah & Dandi Birdy).
Semoga setiap kita menjadi orang tua yang tidak pernah memberikan luka masa kecil pada anak-anak yang akan terbawa sampai ia dewasa, dan jika kita termasuk orang yang pernah mendapat luka di masa kecil, semoga kita dapat membasuh luka tersebut, memaafkan, dan maju dengan masa depan yang cerah
BalasHapusaamiin paling serius :') bismillah bisa yuk bisa
Hapushmmmm ternyata psikosomatis termasuk dampak dari inner child ya, sering sekali merasa sakit namun stlh di check up hasilnya baik baik saja
BalasHapusYes bun, salah satunya bun :')
HapusIstilah baru "luka pengasuhan",,,
BalasHapusTraumatik itulah hal yang dikhawatirkannya ...
Orang tua wajib baca buku ini
Banget pak, insightful :)
HapusInner child sesuatu yang selalu seru untuk dibahas. Apalagi ini menyangkut efek domino pada pola pengasuhan dimasa mendatang. Heu pe er bangey untuk memberikan pengasuhan yang baik pada anak, agar tidak menjadi luka Pengasuhan pada anak-anak.
BalasHapusYes mbak, PR banget :'( semoga kita dimampukan aamiin
HapusMasih terus belajar untuk menjadi orang tua yang baik. Mudah-mudahan bisa terus memperbaiki diri dan memutus mata rantai inner child negatif.
BalasHapusaamiin Ya Rabb :(
HapusYes mbak widya, aku pun baru menyadari bahwa pernah punya inner child yang buruk setelah menikah yang sebelumnya diwarnai dengan gelisah,dll. Namun akhirnya kini bisa berdamai dengan masa lalu. Butuh proses panjang emang .. namun terasa menang saat telah berdamai ..
BalasHapusSenang mendengarnya mbak bisa berdamai dengan keadaan, sehat dan bahagia selalu ya mba :') aamiin
Hapusmasya allah buku ini bertebaran lho iklannya aku belum baca tapi membaca ulasan mbak wid sekilas sih aku jadi ngerti layak sih banyak yg bilang rekomende juga . innerchild ini power banget ya kalo g segera di selesain udah kayak hantu mengikuti kita
BalasHapusIya mbak dah lama sih launchingnya, cuma baru bisa bikin insightnya :')
HapusBanyak saudara kita mengalami hal seperti ini dan dampaknya cukup membawa trauma bagi yang mengalaminya. Somaga artikel ini dapat mengedukasi bagi pendidik dan khususnya orang tua
BalasHapusmakasih mbak :)
HapusBahas inner child tuh ngeri-ngeri sedap ya. Karena takut ngerasa gak sayang sama orang tua (merasa dulu mereka memberikan luka saat mengasuh). Tapi kalau gak dituntaskan juga khawatir membuat luka pengasuhan ke anak. Perlu menggali ilmunya dengan baca buku ini nih :')
BalasHapuskadang perasaan itu emang muncul ya mbak, bahkan sekrag aku merasa skrg kayak tanpa senagja dejavu gtu saat meperlakukan anakku kok mirip kayak aku udlu diperlakukan kalo baik mah gakpapa kalo pas gak enak aku langsung menyesal
HapusHanya bisa melakukan yang terbaik memang mbak. Ortu kita dulu juga sdh melakukan terbaik di masanya. Tinggal skg waktunya kita. Semoga Alllah mampukan kita jd Ibu yang memberikan Innerchild menyenangkan dan positif untuk anak2 :')
HapusKemari berkenalan dengan child free sekarang kenalan dengan inner child, dukh.. Berada di keluarga blogspedia, ilmu ku kian hari kian bertambah, makasih mba😁
BalasHapusSemangat mbak ;) hehe
HapusHiks yang seringvterjadi dalam luka pengasuhan buat aku adalah pengabaian emosi anak. Berat banget ini. Makanya demi memutus mata rantai luka pengasuhan, aku berusaha menerima kekurangan diri sendiri dan anak-anakku. Semoga ini tidak menjadi lingkaran setan
BalasHapusAku doakan mba semoga segera menemukan solusi untuk berdamai dan memutus tali negatif luka pengasuhan. Semoga Allah mudahkan mba :')
HapusInner Child negatif memang perlu diketahui, namun juga perlu penguatan dalam edukasi ini. Salah satunya dengan edukasi dan terapi luka pengasuhan. Salah satu yang perlu diperhatikan, jangan sampai menyalahkan orang tua
BalasHapusSepakat banget. Jangan menyalahkan ortu :')
HapusPengasuhan, sebuah kata yang penuh amanah, salah langkah saja bisa bikin masalah. Bahas tentang inner child itu emang nggak ada habisnya ya mom, bahkan efek sampingnya luar biasa bikin istigfhar. Memang perlu banget sih belajar ilmu pengasuhan, biar para manusia bisa lebih memanusiakan manusia (pada umumnya) dan para orang tua lebih peduli pada buah hatinya/anaknya (khusunya). Ah terima kasih sharingya Mom Widya, betul-betul ngena banget reviunya. Semoga kita semua dihindarkan dari hal buruk akibat salah asuh ya Mom, aamiin.
BalasHapusAamiin ya Rabb, semoga kita bisa jadi versi terbaik dan membahagiakan anak2 kita ya mbak. Thank you dah mampir :')
HapusKarena artikel ini, saya jadi tahu apa itu inner child.
BalasHapusTapi untuk si penderita inner child buruk, itu bisa di sembuhkan gak ya ka?
Bisa kak, nggak mudah memang. Tapi atas izin Allah bisa dengan melakukan treatment ke profesional :) optimis...
HapusMerasa ada luka lebih baik daripada tidak ya, karena ada upaya penyembuhan. Harus selalu introspeksi diri nih, dan melihat barangkali ada lupa yang harus disembuhkan.
BalasHapusBismillah bahagia selalu bun ;)
HapusPengabaian emosi kadang bikin sering munculnya inner child, memahami emosi diri tentang apa yang kita rasakan itu bener2 ngefek sih buat ngatasi inner chil. Thanks mbaa sudah sharing ini
BalasHapusJadi kaya bom waktu ya mbak. Semoga bermanfaat mba ;)
HapusMakasih mbak Widya... Saya jadi sedikit tahu tentang inner child. Sangat menarik... Jadi pingin beli bukunya...
BalasHapussama-sama dokter ;) makasih dah mampir
HapusInner child yg berasal dari orang tua aja ngeri banget ya.. Ya Allah,, semoga kita bisa dihindarkan dari hal" buruk ini ya mba :'(
BalasHapusAamiin paling serius :'(
HapusAku baru menyadari ada inner child yang juga kualami. Dan baru tampak akhir akhir. Memang sangat berpengaruh pada perilaku dan cara pandang. Terima kasih sudah mereview buku ini kak. Bisa nih kuterapkan untuk menyelesaikan traumatis masa lalu.
BalasHapusBahagia selalu ya kak :') semoga sehat selalu juga kak Miela
HapusIni menjadi pR juga untuk para orang tua agar mendidik dengan cara yang benar sesuai dengan jamannya. Muhasabah nih mbak. Makasih artikelnya mbak
BalasHapusSemoga bisa ya mba bismillah :)
HapusPernah ikut kelasnya Pak Asep Haerul Gani, beliau bilang seperti ini, "Kita nggak pernah tahu pengalaman mana yang akan membuat anak/ terluka. Setiap dari kita pasti punya luka. Persoalannya, mau nggak mengakui dan menyembuhkannya."
BalasHapusPR ketika menjadi anak adalah menerima perasaan dan memaafkan ortu. PR ketika menjadi ortu adalah nggak gengsi minta maaf sama anak untuk setiap kesalahan sekecil apapun yang pernah kita lakukan :)
Iya mbak betul banget :( butuh legowo ya mbak untuk menerima, mengakui, memaafkan dan meminta maaf. Makasih mbak insightnya...
Hapuskalo dari kecil tidak ada support system, ketika besar jadi terbiasa sendiri dan mandiri :( jadi sulit bekerja sama juga
BalasHapusIya betul :') tetap harus balance ya antara mandiri dan bekerjasama dengan orang lain. Sehat selalu kak
Hapus