Memasuki tahun ajaran baru, ternyata kasus penyebaran virus Covid-19 bukannya menurun, justru melonjak tajam. Menjaga kesehatan mental sangat diperlukan dalam situasi seperti sekarang.
Varian baru mulai masuk, berita duka berlalu lalang di sosial media, berita-berita fakta dan hoax juga silih berganti. Sayangnya, ini bukan membuat kita bahagia, namun membuat hati nggak nyaman. Bahkan sampai overthinking.
Saat PPKM ini, ternyata harapan untuk sekolah tatap muka juga harus kandas kembali. Sekolah daring nampaknya sudah harus menjadi kebiasan kita entah sampai kapan. Bu ibu, pa bapak? masih waraskah menemani anak-anak di rumah untuk sekolah daring? Yuk berpelukan! Nggak mudah memang, tapi inilah kenyataannya.
Saat PPKM ini, banyak resepsi yang akhirnya ditunda. Bahkan beberapa rekan yang sudah menyebar undangan harus rela menggelar akad hanya dengan keluarga inti saja. Belum lagi yang sudah lama merantau, masih terhalang untuk bisa melepaskan rindu. Tarik napas, keluarkan... harus mulai berdamai dengan situasi sekarang ini.
Anyway, dari tadi membahas PPKM. Sebetulnya pada paham nggak sih PPKM itu apa? Hahaha.
PPKM artinya...
PPKM artinya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. PPKM ini diberlakukan mulai tanggal 3-20 Juli 2021 oleh pemerintah pusat untuk daerah Jawa-Bali. Namun ada wacana diperpanjang lho! Dalam penerapannya PPKM darurat ini mencakup beberapa poin.
Berikut adalah beberapa poin aturan PPKM darurat :
- Perkantoran di sektor yang non-esensial wajib menerapkan 100 persen work from home (WHF). Untuk sektor esensial, karyawan yang boleh work from office (WFO) maksimal 50 persen dengan menerapkan prokes ketat.
- Untuk sektor kritikal, karyawan diperbolehkan WFO dengan menerapkan prokes ketat.
- Kegiatan belajar mengajar wajib online.
- Jam operasional supermarket, pasar tradisional, toko kelontong, dan pasar swalayan dibatasi hingga pukul 20.00 dengan kapasitas pengunjung maksimal 50 persen.
- Jam operasional apotek dan toko obat diperbolehkan 24 jam.
- Kegiatan di pusat perbelanjaan/mal/pusat perdagangan ditutup sementara.
- Restoran, rumah makan, kafe, pedagang kaki lama, lapak jajanan hanya boleh menyediakan layanan antar dan take away, dilarang menerima makan di tempat.
- Tempat ibadah ditutup sementara.
- Fasilitas umum yang mencakup area publik, taman umum, tempat wisata, atau area publik lainnya ditutup.
- Kegiatan seni/budaya, olahraga, dan sosial kemasyarakatan tertentu ditutup sementara.
- Penumpang kendaraan umum, angkutan massal, taksi, serta kendaraan sewa dibatasi maksimal 70 persen dengan menerapkan prokes ketat.
- Resepsi pernikahan maksimal dihadiri 30 orang dengan menerapkan prokes ketat dan tidak menyediakan makan di tempat resepsi (wadah tertutup untuk dibawah pulang).
- Pelaku perjalanan domestik yang menggunakan transportasi jarak jauh (pesawat, bus, dan kereta api) harus menunjukkan kartu vaksin minimal dosis pertama, serta tes PCR H-2 untuk pesawat dan antigen H-1 untuk transportasi jarak jauh lainnya.
- Masker tetap dipakai saat melakukan kegiatan di luar rumah. Tidak diizinkan memakai face shield tanpa masker.
- Kegiatan konstruksi diperbolehkan dengan prokes ketat.
Sudah tahu semua poin di atas? Wah artinya PPKM ini lebih ketat ya. Aku sendiri merasakan untuk PPKM ini seperti kembali lagi saat pandemi melanda negeri ini. Sedih sih, tapi bagaimana lagi? Even pasien Covid ini sudah masuk ke circle keluarga kita sendiri. Banyak rekan, saudara, keluarga, bahkan suamiku juga menjadi penyintas Covid.
|
Ilustrasi by Nurrahmah Widyawati |
Pandemi berkepanjangan vs kesehatan mental
Mengulik kasus Nia Ramadhani yang menggunakan obat terlarang karena bosan dan jenuh menghadapi pandemi. Ini juga berkaitan dengan bagaimana kesehatan mental kita begitu diuji untuk ini. Beberapa orang kehilangan pekerjaan, omset bisnis menurun, kehilangan keluarga untuk selamanya, sakit, menunda mimpi, tidak bisa liburan, dan banyak hal menjadi gagal dijalankan. Sungguh menguras emosi.
Kasus perceraian meningkat
Berdasarkan jurnal Kementrian Sosial Indonesia, selama pandemi Covid-19 angka perceraian di Indonesia meningkat sebesar 5 persen lho. Secara umum faktor penyebab perceraian pada masa pandemi terjadi karena adanya konflik dalam rumah tangga yang disebabkan oleh permasalahan ekonomi, keseimbangan aktivitas dan waktu bersama, kekerasan dalam rumah tangga, perubahan pola, dan faktor usia dalam membina rumah tangga.
Beban/tugas rumah tangga bertambah
Selain itu, pandemi berkepanjangan juga menambah beban orang tua dan anak di rumah. Saat anak melakukan sekolah daring, orang tua memiliki tambahan tugas untuk mengawasinya di rumah. Belum lagi harus bekerja. Anakpun memiliki beban tambahan untuk memahami materi yang disampaikan hanya secara daring. Feel-nya juga beda kan?
Respon tubuh saat stress
Pandemi yang berkepanjangan memang sangat berkaitan dengan kesehatan mental kita. Stress yang muncul ini juga akan berdampak pada kesehatan fisik. Semuanya berkaitan satu sama lain.
Aku jadi ingat pernah mengikuti kelas mindfulness yang memaparkan bahwa saat stress, tubuh kita bereaksi. Tubuh akan merasakan adanya ancaman saat stres datang. Syaraf simpatik kita berubah menjadi mode pertahanan diri.
Emosi ini dikelola di amigdala, saat stress amigdala mengirimkan signal bahaya ke hipotalamus. Setelah itu hipotalamus memberikan signal kepada kelenjar adrenalin untuk mengeluarkan hormon kortisol (stress) dan adrenalin. Saat hormon tersebut dilepaskan, otot kita menjadi tegang.
Saat stress, jantung pun menjadi berdetak lebih kencang untuk memompa lebih banyak darah ke otot dan meningkatkan asupan oksigen. Inilah yang memicu napas jadi cepat atau sesak dan jantung berdebar-debar. Dalam kondisi "terancam", tubuh juga melepaskan lebih banyak glukosa dan lemak ke aliran darah untuk menyediakan bahan bakar tambahan agar seseorang lebih waspada.
Sistem pertahanan diri tersebut saat menghadapi bahaya memang normal adanya. Namun bagaimana saat stress terjadi berkepanjangan? Maka saraf otonom akan terus menerus aktif. Dalam jangka pendek ini bisa mempengaruhi kebugaran tubuh dan sistem pencernaan.
Dalam jangka panjang, stress ini menyebabkan migrain, penyakit jantung dan stroke, diabetes, tekanan darah tinggi, depresi, dan gangguan kecemasan. Ternyata benar ya bahwa saat kita stress dengan pandemi yang berkepanjangan ini akan memunculkan gangguan kesehatan mental dan fisik.
So, jangan fokus pada stress! Fokuslah pada solusi untuk menjaga kesehatan mentalmu. Yuk kita cari tahu solusinya sekarang.
Tips menjaga kesehatan mental saat pandemi
Siapa yang sudah mulai jenuh dengan pandemi? Ya, setiap orang sudah mulai jenuh. Namun manusia adalah ciptaan Allah paling sempurna, kita bisa beradaptasi dengan keadaan. Dari pada fokus pada cobaan, yuk cari solusinya agar kesehatan mental kita tetap terjaga selama PPKM.
1. Bijak menerima informasi
Nggak hanya bijak menyebar informasi, bijak saat menerima informasi juga nggak kalah penting lho! Kita punya batas dan kapasitas tertentu untuk mengolah informasi. Jangan lupa untuk memahami diri sendiri. Infromasi mana yang penting dan prioritas untukku saat ini?
Jangan sampai banyaknya informasi dan berita saat pandemi membuatmu mengalami tsunami berita, stress, overthinking dan bahkan mengalami gejala psikosomatis. Update informasi itu penting, tapi seperlunya saja. Jangan suka melakukan 'cocokologi' hehe. Mulai sekarang, bijaklah menerima informasi!
2. Bijak bersosial media
Saat awal pandemi aku sempat off semua sosial media hingga satu minggu. Puasa sosmed ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental kita. Bukan berati kita anti sosial atau tidak update keadaan, namun pada saat puasa sosmed kita bisa jadi lebih produktif dan mindful melakukan hobi, menyelesaikan pekerjaan, dan menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah.
Namun pandemi akhir-akhir ini, aku nggak bisa puasa sosmed lagi, karena banyak pekerjaan yang berkaitan dengannya. Solusinya? gunakan secukupnya. Jangan membaca hal maupun unfollow akun yang sekiranya membuatmu "kepikiran", sebarkan berita baik dan membuat banyak orang optimis.
Bijak bersosial media dengan tetap taat pada protokol kesehatan itu keren! Nggak semua orang bisa membaca hal buruk secara terus menerus dalam sosmednya. Terkadang mereka hanya ingin bersenang-senang di sana. Bijaklah dalam menyebarkan informasi.
3. Jaga protokol kesehatan
Dengan menjaga protokol kesehatan, maka paling tidak kita bisa memiliki perasaan aman untuk diri kita. Hal ini juga salah satu ikhtiar untuk menjaga kesehatan sekitar kita serta orang-orang yang kita sayang. Jaman pandemi seperti ini, memiliki circle yang taat prokes adalah previllege tersendiri.
4. Tingkatkan imunitas dengan olahraga dan asupan bergizi
Yang sebelum pandemi nggak pernah berolah raga dan makan sembarangan, yuk back on track yuk! waktunya menjaga imunitas kita dengan olahraga dan memilih makanan serta minuman yang baik untuk tubuh.
Saat bergerak/berolah raga, tubuh akan menghasilkan hormon endorfin atau hormon kebahagiaan. Olahraga saat pandemi tentu menyesuaikan dengan kondisi ya. Kalau aku sering melakukan yoga dan zumba di rumah.
Jangan lupa juga untuk mindfull eating. Sadar dalam memilih makanan yang baik untuk tubuh juga salah satu ikhtiar untuk menjaga kesehatan mental saat pandemi. Karena good food is good mood! Dengan mindfull eating juga kita bisa terlatih untuk sadar tentang saat ini, nggak overthinking terhadap yang belum terjadi esok. Saat proses makan ini diharapkan fokus, tidak terdistraksi aktivitas lain.
Saat pandemi seperti sekarang sangat dibutuhkan tubuh yang fit dan bugar, serta pertahanan imunitas yang baik.
5. Tetap bersosialisai dengan aman
Kemarin aku membaca cuitan warga di twitter, kurang lebih begini bunyinya "semua akan introvert pada waktunya". Ini karena pandemi memaksa kita untuk di rumah aja. Aktivitas bersosialisasi jadi terbatas.
Pada dasarnya kita ini makhluk sosial. Membatasi interaksi dengan orang lain secara langsung di luar rumah sedikit banyak mempengaruhi mental kita. Meski begitu, tetaplah bersosialisai dalam dunia nyata dan maya.
Tengoklah tetangga samping kanan kiri, apakah butuh bantuan? Hiburlah mereka yang sakit dan tetaplah menjalin relasi sesuai prokes atau meski di rumah aja. Saat banyak kabar buruk berdatangan, lakukanlah satu kebaikan untuk membuat hati kita nyaman dan kecemasan dalam diri kita hilang.
6. Lakukan hobi
Setiap orang pasti memiliki aktivitas yang membuatnya happy, atau sebagai stress release. Misalnya aku suka menulis dalam jurnal pribadi, menggambar, maupun rebahan sambil nonton series/film. Kalau kamu hobinya apa?
Lakukan jeda, nikmati diri di saat ini detik ini. Jangan terlalu keras pada diri sendiri, rehat itu juga penting. Jangan lupa untuk menjaga kesehatan mentalmu, gaes! :)
7. Menjaga keharmonisan dengan pasangan halal (yang single mohon maaf)
Seperti yang sudah aku jelaskan di atas bahwa saat pandemi, tingkat perceraian meningkat. Ini perlu serius sih dalam pencegahannya. Dilansir dari jurnal Kemensos RI, perlu dilakukan 3M yaitu mengalah, memaklumi, dan memaafkan.
Selain itu penulis merekomendasikan kepada semua pasangan suami istri yang sering berkonflik di tengah pendemi, sebaiknya pasangan suami istri tersebut harus belajar untuk berkreasi dengan menggunakan kata-kata yang lembut, dan terutama membangun pada saat mengatakan sesuatu yang sulit bagi pasangan.
Dalam pandemi seperti sekarang ini, rasanya relasi dengan pasangan dan anak-anak adalah hal yang patut dijaga dan dipertahankan. Merekalah yang hampir setiap hari bersama kita saat ups and downs.
*****
Setelah ini, kita nggak akan tahu apakah akan ada lagi PPKM, PPKM Darurat, PSBB, dan segala kebijakan lainnya. Nampaknya kita sudah harus mulai menerima seapaadanya keadaan ini. Harus mulai beradaptasi dan fokus pada solusi.
Semoga pandemi ini ada ujungnya, terlihat akhirnya. Yang pasti untuk kalian dan diriku sendiri, nggak hanya kesehatan fisik yang harus dijaga. Kita jangan lupa untuk menjaga kesehatan mental saat pandemi. Stay safe everyone!
Saya sangat merasakan dampak Covid ini mbak, mau keluar takut, akhirnya dirumah mencoba menyibukkan diri supaya gak stress, ikut kelas pendampingan, nge drakor, blogging beberapa cara untuk jaga mental health, asik sekali baca tulisannya mbak... Buat temen yang PPKM semangat ya... Pokoknya nanyak bersyukur saja, semoga Allah berikan kebaikan bagi kita semua... Amiinnn
BalasHapusBener mbak, yang kasihan si anak-anak ya kan? :'( kaya terenggut gitu masa eksplorasi alamnya. Semoga bumi segera pulih ya mbak. Aamiin Ya Rabb...
HapusAaah bener banget mba penting untuk waras ya..bisa sama bahayanya sama virusnya itu sendiri. Saya pun sedang menyiapkan kewarasan memulai sekolah daring anak 3 wkwkwk curcollll...
BalasHapusMakasih mba tulisannya informatif
Ya ampun, nggak kebayang mbak mendampingi 3 anak :') semoga Allah beri kekuatan dan kemudahan ya mbaaak. Peluk jauh...
HapusKesehatan mental itu isu dalem banget ya bun, :') kadang bisa relase sesuai porsi, kadang lost dollll :D
BalasHapusTapi semoga semua bisa segera pulih dan waras ya, bun :D
Semangat menjurnalnya :D, btw saya suka sekali ilustrasi gambar-gambarnya akkk kiyuttt sekalih :D
Makasih mbaaak ;) bener mbak, semoga kesehatan fisik dan mental kita terjaga menghadapi pandemi yang puanjang ini hiks
HapusLengkap sekali mba tulisanya..
BalasHapusPoint no 4 tu haru aku garis bawahi nih..
Back to track, udah lama gak olah raga..
Haru semangat lagi olah raga walau di rumah saja :D
Iya mbak, yuk mnghasilkan hormon endorfin sebanyak-banyaknya. Semangat ;)
HapusYa Allah semoga Indonesia segera pulih, Batam juga lagi PPKM baru memasuki hari ke 3.yang paling sedih adalah pemilik toko kecil yang berada di mall-mall. Makin terpukul dengan adanya kondisi begini, segera membaik ya Indonesia ku
BalasHapusWah Batam juga ya? :( bener banget mbak, kasihan banget yang nggak punya penghasilan tetap. Semoga Allah beri kesabaran mereka ya dan dapat rezeki yang berlimpah juga meski pandemic :(
HapusBener banget, Mbak. Kewarasan saat ini lebih penting dari apapun. Pandemi ini perlahan emang menyerang fisik dan mental kita. Dah capek banget ngajar Fisika secara daring, rasa-rasanya overthinking dengan hasil tugas anak-anak kemudian merasa menjadi pengajar yang gagal. Terima kasih tipsnya, Mbak:))
BalasHapusJujurly, Fisika, Math, dll, susah juga ya fokusnya kalau lihatnya layar :') Semoga para teacher bisa sabar ngajarin student dan yang pasti nggak mudah juga buat pelajar :( semoga segera pulih bumi ini. Hugs
HapusMantap ini mbak tipsnya. Point bijak dalam informasi ini emang penting bangey. Biar nggak ikut2an stress ya mbak huhu. Sehat salalu kita semua
BalasHapusAamiin, sehat selalu jiwa raga ya mbak :')
HapusSmoga dgn PPKm diperpanjang kasusnya smakin mereda dan bner bgt kesehatan mental sangat berpengaruh dgn virus ini
BalasHapusAamiin ya Allah, semoga ya mbak lekas pulih :( semangat!
HapusBener banget mba... Mana hang dbutuhinkan imun yang kuat ya mba, kalo kebawa stress bisa2 imun menurun
BalasHapusDitambah lagi berita2 yang beredar makin bikin takut 😢
Iya makanya harus paham sampai mana batas diri menerima informasi. Harus bijak decluttering info biar nggak burnout. Semangat buat kita semua:')
HapusSetuju banget mbak soal menerima keadaan. Terima dan nurut aja lah ya biar cpt pulih negeri ini. Apa cuma aku ya yg malah enjoy banget kalau disuruh di rumah haha.
BalasHapusAKu enjoy juga sih mbak hahaha tapi aku ambivert deng. Rindu juga berkeliaran menjelajah tempat baru dan orang baru :')
HapusMasya Allah adem baca tipsnya.
BalasHapusBijak menerima informasi ya betul banget
Sip mbak aku suka deh tulisannya mbam wid selalu santai tapi dalem
Ah kamu bisa aja :') makasih ya wkwk
HapusMasyaAllaah. Bener banget kita harus tetep waras ya mb biar tetap sehat.
BalasHapusTips untuk bijak dalam menerima informasi dan bermedia sosial emang bener banget, karena banyak sekali kabar simpang siur yg belum diketahui kebenarannya tentang pandemi ini ya mb. Malah bikin beban pikiran.
Makasih Mb Wid, tipsnya..
Sama-sama mbak semoga bisa bermanfaat :') bener banget mbak harus jaga diri biar nggak tsunami informasi
Hapusbener banget. menghadapi situasi saat ini, pikiran harus berada di jalur yang bener. berhemat dulu untuk mikir yang lain, takut kapasitas jiwa gak kuat mencerna semua ini.
BalasHapusIya betul bunda :( nggak mudah ya buat semuanya.. Semoga Allah lindungi kita aamiin
HapusIzin bertanya ya bun... Menurut bunda, di masa PPKM ini mana yang lebih penting untuk dijaga: kesehatan mental atau kesehatan finansial?
BalasHapusKalau kesehatan mental yang utama tapi nggak berkarya (finansial), ya ujung-ujungnya keserang juga mentalnya. Finansial okay belum tentu mental okay, banyak yang finansial well pas pandemic juga mentalnya down. Nggak bisa milih pak dokter :( how bout your oppinion? Anyway, sehat selalu pak dok hehe
HapusKesehatan mental nomer 7, yang single skip dulu yaaa hahahaha
BalasHapusBtw, makasih mba wid sudah sharing ini. Sungguh snagt bermanfaat :)
Hahahahahaha soalnya tingkat perceraian naik selama pandemic. Kalau masih single atau masih pacaran kan ya nggak berlaku ya wkwkwk
HapusBener banget mbak kesehatan mental bener² harus di perhatikan. Stay happy n healthy di masa pandemu
BalasHapusAaamiiin, you too sekeluarga mbak. Sehat dan bahagia selalu ya :)
HapusTetap hadapi dengan sewajarnya, jangan terlalu takut, jangan terlalu berani. Terlalu takut mental akan tergerus, terlalu berani akan membuat abai.
BalasHapusEh, itu beneran pas pandemi angka cerai segitu kak? Penyebab utamanya apa ya Kak? (Kepo mode on)
Kalau based on jurnal Kemensos RI yang linknya dah tersemat di atas sih bener kak meningkat 5%. Emejing ya huhu. Penyebabnya karena finansial, ketidakseimbangan waktu untuk keluarga, dll :') stay safe kak
HapusSehat jiwa raga mutlak diperlukan ya kak...mantap banget artikel nya kak😍
BalasHapusThank you dah mampir ya kak :') hehe sehat dan bahagia selalu pokoknya untuk sekeluarga aamiin
HapusSaya mendapat kabar peraturan tentang PPKM ini ketika sedang di Palembang dan hendak ke Jawa. Ternyata harus pake tes PCR seharga 900rb, maka saya batalkan naik pesawat ke Jawa, jadinya naik bus saja mbak hehe
BalasHapusJadi muahal banget ya mudik itu tiket pesawat + test pcr :( tapi yang penting stay safe n health ya kak.
Hapus