Aku sering mendapatkan curhatan dari emak-emak yang ingin mengajari anak membaca tanpa mengeja. Lho, memangnya bisa? Tapi masalahnya adalah mereka masih bingung harus mulai dari mana ya?
Kebanyakan dari kita juga kurang sabar untuk membersamai anak dalam proses belajar membaca, cenderung ngegas. Hayo ngaku! Padahal syarat anak agar mudah paham adalah saat mereka happy belajarnya, nggak dipaksa dan nggak stress.
Memasuki zaman pandemi seperti sekarang ini, orang tua memiliki tugas tambahan untuk menemani anak belajar di rumah. Meskipun sebetulnya memang rumahlah madrasah pertama dan utama anak-anak untuk belajar.
Kali ini aku akan share perjalananku mengajari anak membaca tanpa mengeja. Aku juga akan kasih tips rahasianya di postingan ini. So, check this out!
A. Tahapan perkembangan membaca anak
Layaknya bikin mie instan yang juga nggak bisa instan, mengajarkan anak membaca juga nggak bisa instan. Prosesnya sebetulnya panjang, namun banyak yang melewatkannya. Pelan-pelan kita ulas yuk!
Cochrane Efal sebagaimana dikutip Brewer menjelaskan setidaknya ada 5 tahapan perkembangan membaca anak.
1. Magical stage atau tahap fantasi.
Pada tahap ini, anak akan mejadikan buku sebagai media mainan yang menyenangkan. Anak menggunakan buku untuk bermain dengan temannya, melihat, membalik halaman buku, juga membawa buku kesukaannya kesana kemari.
2. Self concept stage atau tahap pembentukan konsep diri.
Pada tahap ini anak sudah mulai terlibat dalam kegiatan membaca dengan berpura-pura membaca buku dan memahami gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh. Dari sini anak juga akan menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan tulisan yang ada di dalam buku.
3. Bridging reading stage atau tahap membaca gambar.
Pada tahap ini anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, anak juga sudah mulai mengenal huruf abjad.
4. Take off reader stage atau tahap pengenalan bacaan.
Pada tahap ini anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda, misal: papan iklan, kotak susu, rambu lalu lintas, dan lain-lain.
5. Independent reader stage atau tahap membaca lancar.
Pada tahap ini anak sudah dapat membaca tulisan dengan lancar tanpa dampingan dari orang terdekat. Bahkan anak juga mampu memahami dan berpikir kritis terhadap hasil pengalaman membacanya.
Nah dari tahapan-tahapan di atas juga sudah terlihat ya bahwa membuat anak bisa membaca, memahami bacaannya serta mencintai buku membutuhkan waktu lama dan berproses, nggak instan gaes!
Sedangkan dalam Montessori, terdapat 2 tahap pengajaran baca tulis, yaitu Tahap Pra-membaca dan Tahap Teknis Membaca. Biasanya, kita sibuk berkutat pada tahap yang kedua sementara kunci utama kesuksesan sebetulnya ada pada Tahap Pra-membaca.
B. Kapan waktu yang tepat mengajari anak membaca?
Karena mengajarkan anak membaca itu butuh proses dari tahap pra membaca hingga tahap teknis membaca yang sebenarnya, maka ada beberapa proses literasi yang dilewati.
Berdasarkan website IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), setidaknya ada beberapa tahapan anak belajar membaca.
Usia 2-4 tahun
Anak usia prasekolah masih mengembangkan kemampuan bicara dan bahasanya. Perkembangan bahasa terkait erat dengan perkembangan kemampuan membaca di kemudian hari.
Pada usia ini, orang tua diharapkan untuk membacakan buku kepada anak sesering mungkin untuk menumbuhkan minat bacanya dan memperluas kosakatanya. Pada usia ini anak dapat mulai mempelajari keterampilan motorik halus dasar yang diperlukan untuk belajar menulis nantinya (pre-writing skills).
Keterampilan-keterampilan tersebut misalnya belajar menarik garis, menggambar lingkaran, dan menghubungkan titik-titik. Mewarnai juga menunjang perkembangan keterampilan ini.
Usia 4-5 tahun: Pre-reading skills
Usia taman kanak-kanak adalah usia yang baik untuk memperkenalkan anak pada dasar-dasar baca-tulis (pre-reading skills): pengenalan huruf dan angka, mendengarkan sajak berima, mencocokkan kata-kata dengan bunyi awal atau akhir yang sama (buku dan bulan, tarik dan naik).
Anak mungkin mulai tertarik untuk menulis beberapa huruf dan angka. Ia makin nyaman menggunakan alat tulis. Untuk menunjang keterampilan ini, anak dapat diberikan permainan mencari jalan atau menghubungkan titik-titik untuk membentuk huruf dan angka.
Usia 6-7 tahun: Belajar membaca dan menulis
Pada tahun pertama SD, makin banyak kata yang dibaca oleh anak. Anak mulai dapat mengenali kata dan mengerti makna sebagian besar kata dan kalimat yang dibacanya.
Pada pertengahan tahun pertama, ia dapat membaca sendiri buku-buku sederhana. Pada usia ini, sediakan untuk anak bacaan yang bervariasi. Anak juga sudah mahir memegang pensil atau pena. Pada akhir masa ini, anak sudah mahir menulis, dengan tulisan yang dapat dibaca.
Usia 7-8 tahun: Belajar membaca tingkat lanjut
Makin banyak kata dan kalimat yang telah dibaca oleh anak usia ini. Dengan membaca, anak memperluas kosakata dan pengetahuannya tentang dunia di sekitarnya.
Anak dapat membaca keras-keras dengan ekspresi dan sudah memiliki preferensi buku atau cerita yang disenanginya. Bila membaca cerita, anak sudah dapat mengidentifikasi tokoh, setting, dan peristiwa-peristiwa di dalamnya. Pada akhir masa ini, biasanya anak sudah dapat membaca sendiri dengan lancar.
Usia 8 tahun ke atas
Setelah usia 8 tahun, anak sudah mahir mempergunakan keterampilan membacanya untuk belajar baik di dalam maupun di luar sekolah. Pada usia remaja, anak sudah mengerti sepenuhnya apa yang dibacanya. Jenis bacaannya pun bervariasi, mulai dari fiksi hingga nonfiksi.
C. Mengajarkan anak membaca dulu vs sekarang
i-en-i-ni ini i-be-u-bu ibu be-u-bu-de-i-di budi, ini ibu budi
Masih ingat dengan metode di atas? Hahaha nampaknya kita seumuran. Semakin berkembangnya zaman, metode juga kian berubah. Namun ini kembali lagi pada value dan goals tiap keluarga. Namun karena kali ini aku akan sharing perjalananku, maka bukan metode di atas yang aku pakai.
Sekarang banyak yang mulai mengajarkan anak membaca tanpa mengeja, mudahnya adalah menggunakan suku kata. Seperti a-i-u-e-o dan ba-bi-bu-be-bo hingga za-zi-zu-ze-zo. Namun, anak nggak hanya bisa membaca ya, namun juga harus paham maknanya.
Mungkin ada sedikit perbedaan dengan metode luar negeri yang menggunakan fonik abjad. Namun saat diaplikasikan langsung, memang untuk bahasa Indonesia (khususnya anakku) lebih mudah menggunakan metode suku kata.
Aku mengenal metode membaca tanpa mengeja alias dengan suku kata justru dari salah satu pengajar Montessori di Indonesia, yaitu Miss Zahra Zahira. Mungkin sudah banyak yang mendengarnya. Yap, beliau adalah perintis Indonesia Islamic Montessori Community (IIMC).
Source : Facebook Miss Zahra Zahira |
Miss Zahra merupakan lulusan Manajemen Universitas Airlangga, Surabaya, kemudian melanjutkan S-2 Strategic Management di Universitas Indonesia, Jakarta. Ketertarikannya pada Montessori pada 2012 diawali dari ibu mertuanya yang telah mengajar di sekolah berbasis metode Montessori selama 10 tahun.
Miss Zahra kemudian mengikuti berbagai pelatihan, workshop, dan seminar tentang Montessori yang saat itu belum banyak diketahui masyarakat luas. Ia juga mempelajari berbagai cabang ilmu pendidikan anak usia dini, termasuk pengalamannya bekerja dengan anak-anak berkebutuhan khusus di ABA Therapist Coolkid Psychology dan Caulfield South Childcare di Melbourne, Australia.
Miss Zahra menelurkan beberapa buku Montessori. Salah satunya adalah buku yang menjadi tips rahasiaku berhasil mengajari anak membaca tanpa mengeja meski di rumah aja, yaitu buku Membaca Menyenangkan Ala Montessori.
D. Ide bermain/kegiatan mengajari anak membaca tanpa mengeja
Berikut adalah beberapa kegiatan (hanya contoh) saat aku menstimulasi anak untuk belajar membaca:
1. Kegiatan pre-writing dan pre-reading melalui permainan.
- I spy (kamu bisa sediakan benda-benda dengan huruf awalan sama misalnya)
- Mendengar dan menyanyikan phonic songs (tapi sejujurnya karena aku di rumah menggunakan bahasa Indonesia full, aku nggak pakai phonic song youtube pada umumnya yang berbahasa Inggris. Aku ganti liriknya sesuai fonik Indonesia/suku kata)
- Tebak kata (hewan dengan huruf berawalan A? A........yam)
- Membentuk huruf dengan playdough, pasir, beras, dll
- Mendefinisikan benda, dll.
2. Menggunakan material metal inset
Ini digunakan untuk mengembangkan kontrol dan gerakan tangan anak saat menulis, memberi pengalaman gerakan searah & berlawanan arah jarum jam, membuat garis dan warna, dll.
3. Menggunakan material sandpaper letter
Digunakan untuk mengenalkan anak pada (lambang) huruf a-z. Sandpaper ini bermanfaat untuk membangun kesan otot jari-jari tangan terhadap bentuk huruf, mengasosiasikan suara fonik dengan huruf, membangun kesan visual, mengingat bentuk huruf, juga mempelajari arah penulisan huruf.
Mini Card Montessori ini by Miss Zahra Zahira juga. Ini merupakan inspired dari sandpaper letter montessori. Ada dua produk : tracing wipe & clean (dengan spidol board marker) & efek raba (ada efek pasir untuk sensasi meraba huruf) |
4. Menggunakan material Large Moveable Alfabet /LMA
Ini digunakan untuk anak berlatih menyusun sebuah kata dari pengalaman sebelumnya. Dalam membangun sebuah kata, anak diberikan benda-benda konkrit terlebih dahulu baru kemudian melalui kartu gambar.
5. Menggunakan kartu gambar untuk membangun kata.
Penggunaan kartu baca ini sebagai ‘jembatan’ bagi anak dari hal yang konkrit kepada sesuatu yang abstrak. Sehingga, anak mampu mengetahui bahwa ‘objek’ lemari sama dengan ‘gambar’ lemari dan tulisannya adalah ‘lemari’.
6. Menggunakan kartu gambar dan tulisan. Jika pada no 4-5 merupakan tahapan membangun kata, maka pada tahap ini anak mencocokkan kata dengan gambar.
7. Setelah anak mampu membangun kata maka orangtua dapat melanjutkannya dengan membaca frase, lalu kalimat dengan cara yang sama (menggunakan kartu gambar).
8. Membaca buku sederhana yang kalimatnya pendek-pendek. Buku ini diawali dengan buku yang memiliki gambar besar-besar dan simple terlebih dahulu.
Nah sampai di tahap ini kita membutuhkan buku yang pas untuk mendukung anak belajar membaca tanpa mengeja dan menyenangkan. Aku merekomendasikan Buku Membaca Menyenangkan Ala Montessori (Zahra Zahira) untuk kalian semua.
E. Buku Membaca Menyenangkan Ala Montessori
Ini adalah salah satu buku karya Miss Zahra Zahira yang aku pakai untuk belajar membaca tanpa mengeja dan it's works! Jadi aku merekomendasikannya untuk kalian semua.
Keunggulan buku Membaca Menyenangkan ala Montessori:
- Memiliki pengalaman positif saat belajar membaca
- Anak-anak membaca dengan memahami maknanya.
- Tahapan membaca Montessori yang komplit dan terstruktur.
- Tabel perkembangan membaca sebagai catatan orang tua.
Kalau mbak Widya mulai anak umur berapa diajari membaca mbak? Anakku, Haya sekarang 3 tahun tp aku belum siao ngajari membaca. Dia udah hafal alfabet, tapi dlm versi Inggris. Ntar dia bingung nggak ya membaca versi bahasa sama versi Inggris. Duh, belum2 emaknya yg bingung duluan. 🙈
BalasHapusKalau fokus ke suku kata baru usia 4 tahun ku ajarinnya mba. Lewat permainan. Baru bisa text book itu pas 4th10bulan. Dia bisa suku kata terbuka. Emang harus pelan sih tp pasti. Dan yg pasti jgn sampe anak trauma hehe. Kalau saranku sih pake bahasa ibu dulu mbak. To kebijakan sih. Banyak juga yg bilingual dan berhasil. Tapi di keluargaku ga berhasil mbak, jd indo dulu ;)
HapusMasyaAllah bermanfaat sekali tulisannya.
BalasHapusKayanya aku juga harus punya menyenangkan macam ini, biar ade2 ku doyan bacaðŸ¤
Makasih info nya mbaa
Cusss mbak hehehehe ;)
HapusMetode montessori ini bagus banget buat pembelajaran anak.. Ada gak ya kelas mommy khusus montessori ini..pengen banget belajar ini..
BalasHapus.
Btw, bukunya sepertinya menarik banget.. Jadi penasaran gimana yang bahasa arab :D
Akupun penasaran banget yg bahasa arab mbaaaak hehehehe.
HapusAnyway, kalau montessori paling ikutnya kaya kulwap, zoom webinar, mini workshop gitu sih. Sama baca buku jugaaa.
Kalau mau diploma ya bisa tp levelnya dah pro ya wkwk aku masih level webinar mbak ;)
Buku ini emang best seller banget ya mba wid...
BalasHapusAku punya versi englishnya, keren bukunya
Ibunya kudu ikut belajar juga 😆
Sepakat. Buku okay harus diimbangi emak yang telaten ya mbak wkwkwk semangat untuk kita ;)
HapusMontessori punya missbZahra aku punya 2 yg keluaran pertama itu untuk ide main anak 0-3 dan 4-6 tahun.. Wishlist juga buku ini, kemarinsempat ikut di group telegramnya tapi kok ngilang sekarang wkwkwk
BalasHapusMasih kayaknya mbak telegrupnya wkwk. Akupun punya dan sempet review ;) cuss mbak buku yang MMAM ini mendukung bgt buku lainnya. Mini Cardnya juga...
HapusMba wid trnyata nerapin Montessori jga ya, metode emang ngemudahin anak dan ortu sih ini. Aku jga dah baca bukunya miss Zahra Zahira
BalasHapusAku inspired montessori sih mbak. Gak pure wkwkwk. Soalnya aku masih mix and match. Tapi sukaaa bgt sama ideologinya montessori memang ;)
HapusBelajar dengan metode Montessori memang menarik. Mengasah anak untuk bertumbuh sesuai dengan usianya. Sempat ikut webinar pra baca dna pra tulis. Ah...sebagai ornagbyua rasanya saya masih jauh dan perlu banyak belajar.
BalasHapusIya mbak. Montessori ini sejalan sama fitrah anak. Akupun suka meski masih belajar kulitnya aja. Hehe. Semangat buat kita ;)
HapusMasyaallaah keren banget mb wid. Lengkap dan detail jelasinnya. Dan ternyata mb wid nerapin montes juga ya?
BalasHapusboleh nih atm ide mainnya..
Inspired montessori kalau aku mbak hehe. Gak pure. Karena kebanyakan material aku DIY :') tapi tetep harus semangat ya membersamai ananda main hehe
Hapusasyik nih, bisa dipraktikkan ke ponakan terlebih dulu, mweheheh. Makasih tipsnya, Mbakk
BalasHapusAh keren! Sama-sama ya kak ;)
HapusSelalu suka dg tulisan mbak wid..wah aku baru mau ikut acaranya mbak zahra ini masya Allah.
BalasHapusAku pengen bintangin ah tulisan ini.
Selamat ikut kelasnya miss zahra ya mbak. Semoga bisa berproses berprogres buat menamani si kecil ;)
HapusMakaish dah mampir hehe