Konten [Tampil]
Memasuki pekan 4 tahap ulat-ulat Institut Ibu Profesional. Kali ini masih berada di kebun apel. Memetik apel-apel segar untuk dimasukkan dalam keranjang. Kemudian apel tersebut kami makan hingga kenyang. Kali ini memasuki tahap Ulat Pekan 4 Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional, setelah sebelumnya di sini.
Di pekan ini kami bisa memilih lebih dari 1 kaluarga. Namun, yang harus tetap diingat adalah kita harus fokus pada peta belajarnya.
Saya memutuskan untuk tetap berasa di keluarga Manajemen Emosi karena beberapa kesibukan. Rasanya saya tahu diri dan sadar diri untuk tetap fokus pada satu hal dulu. One bite at a time.
Kemudian di keluarga yang sama banyak anggota baru berdatangan. Jadi dalam keluarga kami ada 43 ulat. Berdiskusi satu sama lain. Dan minggu ini saya menyimak FBG Live dari salah satu anggota keluarga manajemen emosi.
Dalam go live tersebut mbak Dian memaparkan tentang Emotional Intellegence, dimana menghubungkan fungsi otak yang berkaitan dengan emosi dan reaksi.
Banyak insight yang saya dapat di sini untuk bisa diimplementasikan sehari-hari. Semoga pekan depan bisa lebih baik.
Menyambung pekan 4, Senin malam saya mendapatkan insight kembali dari tamu. Beliau adalah psikolog, Mbak Nuni namanya.
Kelas dimulai dengan sesi mindfulness, kami diarahan untuk menyadari bahwa kita ada di sini, menerima suara yang ada, keadaan yang ada, aroma yang ada dan menyadari bahwa kita akan menimba ilmu sekarang, di sini. Metode ini membuat saya fokus.
Berikut adala sekelumit resume yang saya dapatkan dari Mba Nuni.
Cara Mengelola Emosi
Di sini mbak Nuni mengasumsikan emosi sebagai penumpang, bukan pengemudi. Saat ada orang asing meminta tumpangan kepada kita, apa yang kita lakukan? Ya, kita berhenti dan berkenalan. Begitu pula dengan emosi. Saat dia datang, kita berhenti terlebih dahulu (stop), membuat jeda. Kenali emosi tersebut.
Setelah berhenti dan berkenalan, sentuh (dengarkan dia). Mau kemana dia, apa tujuannya. Namun perlu diingat bahwa kita adalah pengemudinya. Emosi hanyalah penumpang. Oh, aku marah. Oh, aku sedih.
Setelah mendengar dan memahami si penumpang mau kemana, biarkan dia menumpang. Antarkan ke tujuannya. Sebagai pengemudi kita bisa mengantarkannya. Fase kelola. Di sini emosi adalah sebagai tamu juga. Dia dipersilakan masuk, namun tetap kita sang tuan rumah. Kita yang memiliki hak atas tubuh (rumah) kita. Emosi dikelola agar si emosi (penumpang) tidak seenaknya memporakporandakan rumah kita.
Terakhir, kita yang memutuskan untuk memberikan hidangan apa di rumah kita ini kepada tamu. Tentunya hidangan yang baik-baik saja. Di sini, si emosi diberi makanan yang baik. Caranya? Lakukan pola hidup sehat agar tubuh dan psikis tetap sehat juga. Ini rumah kita, tubuh kita. Emosi hanya tamu.
Latihan Kelola Emosi Negatif (Stabilisasi Emosi)
- Latihan kesadaran
- Relaksasi otot
- Healing Journaling
- Brayn Gym
- Magic Finger
Self Acceptance
Penerimaan diri adalah siikap yang merasa puas pada keadaan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri, serta pengetahuan akan keterbatasan-keterbatasan diri sendiri (Chaplin, 2005)
Why?
- to be realistic
- self worth
- be happy and be grateful
Cara Self Acceptance (2KB2S)
- Mengenal Allah, maka kau akan mengenal dirimu
- Kenali diri
- Be mindfull (menyadari peran di dunia, strong why-nya)
- Be your self (pribadi unik, don't compare)
- Sabar dan syukur
*****
Nah, demikian sekelumit zoom meeting session dengan Mba Nuni, so insightful. Dari sesi ini saya kembali teringat dengan kelasnya Raden Prisya (certified mindfulness) yang pernah saya ikuti beberapa pekan lalu.
Posting Komentar
Posting Komentar