"Nggak mau ah, tulisanku kan nggak menarik."
"Nggak PD deh, orang gambar aku masih kaku begini."
"Sepertinya aku nggak punya keahlian deh, mau bikin apa ya?"
Rasanya ada saja bisikan insecure yang terdengar di telinga dan terus menggelayuti pikiran. Menghambatku untuk melangkah maju, menarikku untuk tetap rebahan dan melipir tanpa karya. Bagaimana ya solusi mengatasi Rasa Insecure Saat Berkarya. How to Deal?
Iya, sulit rasanya memulai sesuatu yang kita sendiri sudah tidak yakin di awal. Bukan karena nggak bisa, lebih kepada ada rasa nggak percaya diri aja. Padahal sih sebetulnya suka. Tapi, takut dibilang jelek. Takut nggak diterima sama orang-orang. Takut dibilang sok yes. Ini insecure bukan sih? Wait! Insecure itu apa sebenarnya?
Seperti halnya aku yang mulai menulis di blogspot sejak kelas 1 SMA. Sekitar tahun 2007/2008 mungkin. Ingat sekali saat itu nama blog-nya masih 'alay'. Isinya hanya seputar curhat keseharian. Dulu terinspirasi dari Raditya Dika dan beberapa blogger, lupa nama-namanya. Nulisnya pun saat itu masih harus di warnet karena belum puya komputer, apalagi laptop sendiri.
Semakin bertambahnya kesibukan belajar dan agenda untuk persiapan masuk universitas saat itu, aku akhirnya vakum untuk tidak menulis sama sekali. Hingga akhirnya blog tersebut sudah non-aktif. Padahal mungkin tulisan-tulisan yang katanya 'alay' itu bisa di re-write dengan sudut pandang yang sekarang. Sepertinya menarik. Ah, sayang sekali baru terpikirkan.
Setelahnya aku membuat tumblr saat kuliah. Isinya masih sama, curhatan keseharian dan foto-foto liburan. Hingga akhirnya tumblr tidak dapat diakses di Indonesia. Harus menggunakan vpn atau apa itu namanya. Akhirnya aku menghapus tumblr dan kembali berpindah ke blogspot.
Kali ini bercerita tentang blog-ku yang ini. Yang sekarang kalian baca, sejak kapan munculnya? Blog ini sebetulnya lahir di tahun 2012. Sudah delapan tahun berjalan. Lama? Lumayan. Tapi berjalan tanpa arah. Beberapa tulisan sudah ada, namun banyak yang aku delete karena merasa, "Ah.. ini alay. Ah.. ini sudah nggak relevan. Ini kok kayaknya sok tau ya. Receh banget ini tulisannya. Ini tulisan kok curcol banget ya?" Ada perasaan insecure di situ. Terkadang merasa tulisan ini tidak pantas bergerilya di tengah tulisan keren dunia blogger.
Kemudian 2-3 tahun belakangan aku bertemu dengan blogger-blogger keren di circle ku sendiri. Dengan konten dan pengetahuan tentang blog yang sudah mumpuni. Bahkan mereka sudah menghasilkan profit dengan tulisan-tulisannya. Apalah arti blog delapan tahunku ini. Aku belum tahu apa ini dan itu, bahasa blog yang susah. Masih banyak yang harus dipelajari.
Hingga akhirnya sekitar dua bulan yang lalu aku memberanikan diri untuk belajar mengganti domain menjadi TLD (.com). Ya, baru-baru ini saja setelah sharing dengan teman yang sudah terlebih dahulu paham. Biar apa sih diganti TLD? Aku pribadi jujur sih biar lebih semangat aja nulisnya. Ngaruh nggak? Lumayan. HEHE.
Sama seperti halnya menulis buku Antologi. 2018 aku menulis di kertas. Seperti apa aku melihat diriku dalam 3 tahun ke depan? Dan aku menuliskan, bahwa aku sudah memiliki beberapa buku antologi. Meski saat menulis di kertas tersebut, aku belum terbayang bagaimana mencapainya. Circle pun tak punya. Komunitas menulis apalagi, belum ada. Hingga akhirnya Allah tunjukkan padaku circle demi circle yang mengarah ke sana.
Awal menulis pun rasanya masih ragu. Apakah tulisanku ini menarik, apakah bermanfaat, apakah disukai oleh pembacanya? Nekat. Kalau ngga mencoba mana bisa tahu. Akhirnya waktu terus berjalan dan kini (Januari, 2021) sudah 5 buku antologi yang terbit, 1 buku antologi yang sedang proses cetak dan 2 buku yang seang proses penulisan. Memang sih hanya buku antologi, nulis keroyokan kan istilahnya. Dengan penerbit indie dan belum 'menghasilkan'. Namun, jauh dari itu. Ada sebuah rasa senang yang bergelimang dalam hati saat tulisan demi tulisan dibukukan. Sama seperti halnya aku menulis di blog. Priceless!
Kemudian tentang ilustrasi. Seperti gambar di bawah ini. Masih perlu banyak belajar sih, yap aku pun menyadarinya bahwa gambarku masih jauh dari kata bagus. Belajar ilustrasi secara otodidak memang nggak mudah. Namun aku putuskan untuk tetap launching sebagai pemanis akun instagram pribadi dan blog sendiri. Ngga apa-apa, mari berproses wahai diri.
Setelah dibaca kembali, rasanya tulisan di atas kebanyakan overthiking-nya ya. Pertanyaan-pertanyaan di pikiranku sendiri. Sampai di titik ini, aku tetap menulis entah di blog atau join di project buku antologi. Apa insecure-ku perlahan menghilang? Belum. Hanya saja aku belajar untuk memahami suatu hal, bahwa berkarya itu bukan hanya untuk orang lain. Diriku pun membutuhkan wadah untuk terus menulis dan berkarya tanpa peduli bagus atau jeleknya. Hanya yang terpenting, tidak merugikan siapapun. Aku butuh menulis, untuk pulih.
Yuk belajar bersama "How to Handle Insecurity Saat Berkarya?" :
It's okay to be insecure, tapi kalau tidak dikendalikan dengan baik tentunya akan mengganggu performa hidup kita baik dalam hal psikis maupun kesehatan serta berpengaruh terhadap bagaimana kita menjalani hidup dengan lebih berkualitas.
1. Dengarkan diri sendiri
Pekalah terhadap diri sendiri. Apa yang membuat kita merasa insecure? Terima terlebih dahulu perasaan tersebut, kemudian menguliknya, serta memahaminya. Apakah merasa orang lain lebih handal? ataukah diri kita sendiri yang belum maksimal mempelajarinya? Hal ini membantu kita mengatasi rasa insecure secara umum.
2. Don't compare !
Jangan bandingkan diri dengan pencapaian orang lain. Comparison is a thief of joy. Saat kita membandingkan diri dengan
orang lain, kita melihat kelebihan orang lain yang tidak dimiliki oleh
kita. Hal itu bisa membuat kita menjadi insecure dan tidak percaya diri. Daripada membandingkan diri dengan orang lain, ingat bahwa Allah menciptakan kita spesial dan unik!
3. Bijak bersosial media. Stop Over-thinking!
Terlalu banyak berpikir tidaklah baik untuk kesehatan kita. Bukan berarti kita menjadi orang yang cuek, namun jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Jangan selalu berpikir bahwa kita tidak berharga, tidak menarik, dan tidak pintar. Remember, everything starts from the mind! Mulailah memiliki pikiran positif.
Bijaklah juga dalam menggunakan media sosial. Jangan telan mentah-mentah informasi yang ada di sana. Biasanya, orang hanya membagikan memori indah hidup di media sosial. Pastinya kita harus percaya bahwa setiap orang memiliki tantangan hidupnya masing-masing. Tidak ada hidup yang sempurna. Alih-alih tsunami informasi saat bermedia sosial, lebih baik gunakan seperlunya dan gunakan sebagai hiburan saja.
4. Kontrol diri. Jangan dengarkan kata negatif orang lain.
Memang kita tidak bisa mengkontrol perkataan orang lain. Namun, kita
bisa memilih perkataan siapa yang ingin kita percayai. Bila ada
seseorang yang mengatakan hal negatif tentang diri kita, jangan simpan
perkataan itu dalam hati. Ingat, diri kita tidak ditentukan oleh apa
yang dikatakan orang lain. Kelilingi diri kita dengan orang-orang yang
berkata positif dan percaya pada kemampuan diri kita.
5. Membuat jurnal kata-kata positif.
6. Dengarkan lagu-lagu yang membangun.
7. Find you!
Seringkali, kita terlalu fokus dengan kekurangan kita sehingga kita menjadi insecure. Coba deh, lihat kelebihan kita yang selama ini kita anggap biasa. Bersosialisasi dengan baik juga merupakan suatu kelebihan loh! Jadi, temukan 1 kelebihan yang selama ini kamu anggap tidak berarti dan fokus pada kelebihan itu. Kata Ibu Septi (Ibu Profesional) kita harus meninggikan gunung, bukan meratakan lembah. Harus rajin ngulik kelebihan kita dan menambah jam terbangnya, gaes!
8. Jangan mengukur semua hal dengan uang saja
Nggak semua hal bisa terukur dengan uang. Uang bukan segalanya, meski dengan uang kita bisa memaksimalkan apa yang ada. Do your best! Lakukan hal yang membuatmu bahagia dan membuat dirimu lebih hidup. Bergabung dengan komunitas yang sefrekuensi, melakukan aktivitas yang membuat matamu lebih berbinar dan kerjakan hobi dengan hati. Sekali lagi, tidak semua hal diukur dengan uang.
***
Apapun hal yang membuat insecure, semoga bisa perlahan dikendalikan. Menulis saja untuk diri kita dulu, bukan orang lain. Menulis saja terus untuk kepulihan diri kita, kewarasan kita sendiri. Sembari belajar lebih baik, teruslah menulis. Jangan insecure terus, yuk bersyukur!
Salah satu hal yang sering menahan saya untuk berkarya adalah kepribadian yang selalu ingin perfect mba. Lumayan lama juga mengatasinya. Secara kepribadian tersebut sudah berakar lama sejak sekolah. Kalau ga sempurna, mending ga usah. Akhirnya banyak banget kesempatan terlewat.
BalasHapusBaru setahun-dua tahun belakangan sih mulai agak kendor dan mepercayai kemampuan diri sendiri sepenuhnya.
Perfeksionis emang bisa jadi kelebihan dan kelemahan sekaligus ya mbak. I've been there huhuhu. Bener bgt, semakin ke sini akupun menyadari mba.. berkarya nggak harus sempurna. Perfeksionisnya dialihkan ke ketelitian saat menulis, menulis sesuai deadline, tp ttp enjoy. Jd akhirnya bisa nulis lagi setelah sekian lama vakum. Semangat untuk kita mba 😘🙏
HapusSama. sy kadang juga gitu. trus akhirnya mikir tujuanku nulis apa. mmg agak berat kalau utk mencari uang. tapi kalo untuk menyebar kebaikan sy mulai semangat lagi..
BalasHapusSepakat mbak. Kalau mikirnya nulis kok gak menghasilkan apa2 ya, buang2 waktu.. padahal ternyata hati kita, jiwa kita, pikiram ruwet kita pulih dan terurai dengan tulisan yg kita buat. Minimal untuk diri sendiri, syukur2 buat org lain. Semangat untuk kita mba 😘🙏
HapusKata "insecure" yang selalu bikin aku menunda2 buat nulis dan akhirnya ga ke-post2. Setelah baca post ini jadi makin semangat buat ngblog lg
BalasHapusSesungguhnya akupun begitu mba. Semangat berkarya untuk kita 😘🙏
HapusSemangat! Memang si kalo hanya tulisan dan ucapan mudah di lontarkan tapi memaksa untuk semangat berkarya dan jangan insecure itu yang sulit hehe
BalasHapusBener banget. Sambil belajar sambil terus bergerak. Wkwkwk
Hapusmasya Allahg mbak 2007 aku lulus sma hahaha oh noo aku gam mau dibilang lebih tua hwkakakakaa...
BalasHapusaku selalu suka dg tulisan mbak wid, keren dan dalam.. seperti ini aku simpan dan akyu share . ini bagus banget mbak sebab ini ada naak didikku yang lagi galau juga
Ah mba hamim abis palai lorong waktu ya. Dari september bergerilya ke tulisan januari 2021. Aku terharu loh! :') thanks yaaa
Hapus