Nurrahmah Widyawati Mom Food Travel Lifestyle Blogger

10 Cara Mempersiapkan si Kecil Menjadi Kakak yang Baik

12 komentar
Konten [Tampil]

 
 
Anak masih kecil, sudah hamil lagi? Pasti ada rasa bersalah terhadap si kakak. Apa bisa ya membagi cinta dan waktu kita untuk keduanya? Apalagi si kakak baru berumur 2 tahun saat Ibu hamil si adik. Belum lagi saat saudara dan orang-orang menyayangkan keadaan ini, banyak juga yang justru menakut-nakuti. Bu, tak perlu khawatir. Ini cara mempersiapkan si kecil menjadi kakak yang baik.
 
Idealnya, jarak usia antara kakak dan adik adalah 2-4 tahun. Pada fase usia tersebut diharapakan anak sudah lebih mandiri dan keadaan psikisnya mulai stabil. Selain itu, tubuh si Ibu juga diharapkan sudah siap menghadapi kehamilan kembali. Merencanakan jarak anak ideal memang baik, tapi memang terkadang ada case tertentu yang membuat jarak kehamilan menjadi lebih dekat. Dari pada meratapi dan mejalani dengan penuh ketakutan, mari persiapkan!     
     
Di kehamilan kedua dan seterusnya memang tak hanya Ibu dan pasangan yang bersiap baik secara fisik, psikis maupun materi. Namun ada makhluk kecil bernama si sulung yang juga bersiap menghadapi situasi berbeda. Situasi berbeda bagi anak kecil mungkin memang tak nyaman, oleh karena itu perlu adanya persiapan agar adaptasi tersebut berlangsung lembut tanpa paksaan.
    
Aku menjalani kehamilan anak kedua saat si sulung berusia 2 tahun. Sebulan setelah saya berhasil menyapihnya, saya hamil. Sekarang si sulung sudah berusia 4 tahun 4 bulan dan si bungsu berusia 18 bulan. Aku sangat bersyukur mereka mudah diajak bekerjasama di perantauan. Bukan berarti tak pernah bertengkar, namun tetap bisa terkendali. Tapi ini bukan hal yang instan. Apa saja persiapan yang aku lakukan untuk membantu kakak beradaptasi?

    

1. Memberitahu si kecil tentang status barunya dengan cara menyenangkan

     
Saya memberitahu si kakak bahwa dia akan segera memilik adik dengan beberapa cara, antara lain membacakan buku, pretend play (bermain peran) dan mengajak si kakak untuk kontrol kehamilan ke dokter.
 
Pilihlah buku cerita yang menggambarkan tentang aktivitas seorang bayi, dari mulai mengompol, poop, mengganti diapers, menyusui, menggendong, menangis, rewel, dll. Bacakan juga buku yang berisi tentang bagaimana seorang kakak yang baik terhadap adiknya dan bangun imajinasi positif bahwa memiliki adik adalah hal yang patut disyukuri. Bacaan lain yang membantu pemahaman si kakak adalah buku pertumbuhan dan perkembangan, seperti metamorfosisi kupu-kupu, katak bahkan manusia dari bayi hingga dewasa.
 
Selain itu bisa dengan bermain peran menjadi Ibu, adik dan kakak. Masukkan nasehat-nasehat positif tentang kebahagiaan anggota keluarga yang bertambah. Ceritakan bahwa adik bayi adalah manusia yang masih lemah dan butuh bantuan, jadi ajak kakak untuk sama-sama merawat dan membantu adik.
 
Jangan lupa untuk mengajak kakak saat kontrol kehamilan. Beri gambaran dia tentang perkembangan adiknya. Ajak anak untuk mencium adiknya di perut dan bermain bersama.

2. Membiasakan kemandirian basic

    
Menyayangi anak bukan alasan untuk menunda aspek kemandiriannya. Ibu, jangan lupa untuk melatih kemandirian anak sesuai dengan tahapan usianya. Misalnya untuk anak 2 tahun sudah melewati WWL (Weaning With Love) alias menyapih dengan cinta dan iman. Cerita WWL ada di sini. Selain itu ajak anak untuk lulus toilet training sebelum adiknya lahir, serta melatihnya untuk memakai dan melepas baju celana sendiri, dll. Cerita melatih anak lulus toilet training ada di sini.
 
Tak hanya manusia dewasa yang butuh beradaptasi. Biasakan memanggil "kakak" sebelum adiknya lahir juga memberikan waktu dan pembiasaan terhadap status barunya.
 

3. Tetap membangun kebersamaan yang maksimal dengan kakak


Biasanya hormon kehamilan membuat Ibu lebih mudah marah. Tak dipungkiri hal ini akan berdampak pada hubungan Ibu dengan anak. Jangan biarkan kehamilan mengurangi bonding ibu dengan kakak. Usahakan agar Ibu tetap memberi perhatian yang sama kepada kakak seperti biasanya.
     
Lakukan hal-hal yang biasa Ibu lakukan kepada kakak, seperti bermain bersama, membacakan buku cerita, memeluk dan menciumnya serta kebiasaan lainnya. Dengan begitu, tangki cinta kakak selalu penuh dan tidak ada ruang untuk cemburu berlebihan dengan adik bayi. 

4. Libatkan kakak untuk mempersiapkan perlengkapan bayi


Buat si kakak menjadi dihargai keberadaannya saat menyambut adik bayi dengan mengajaknya dalam setiap persiapan yang Ibu lakukan. Misalnya, Ibu bisa meminta usul kakak ketika memilih baju untuk adik, mengajak kakak untuk mencuci serta menjemur baju bayi dan mempersiapkan 'perintilan' yang dibutuhkan menjelang melahirkan. Tak salah juga jika Ibu mau memberikan sedikit gift untuk partisipasi kakak agar membuatnya merasa bersemangat. 
 

5. Ceritakan hal-hal nostalgia pada si kakak


Caraku bernostalgia dengan kakak adalah dengan melihat album foto dan video bersama. Dari mulai foto USG hingga foto dia dari bayi sampai sekarang, beserta video-videonya. Jelaskan bahwa sekarang kita sedang menunggu kelahiran bayi yang nanti akan menjadi adiknya. Konsep ini bisa melatih nalarnya bahwa nanti akan ada bayi yang belum berdaya sehinga harus dirawat bersama, akan muncul rasa sayang di sana.

6. Jelaskan tentang hal yang perlu diketahui si kakak menjelang melahirkan

    
Jelaskan bahwa saat melahirkan di RS/klinik/dll Ibu tidak bisa selalu dengan kakak. Ibu sedang mengeluarkan adik bayi, sehingga Ibu beri pengertian kakak untuk mau dijaga terlebih dahulu dengan anggota keluarga lain (misalnya kakek dan neneknya). Beri tahu dia tentang kisaran waktunya.
 
Jelaskan kepada si kakak bahwa bayi yang baru lahir belum bisa diajak bermain dulu, karena tubuhnya masih kecil dan lemah. Beri tahu dia bahwa bayi yang baru lahir bisa menangis, karena ia belum bisa berbicara. Namun, nanti saat adik bayi sudah cukup besar, si kakak baru bisa mengajaknya bermain. 

7. Beri kesempatan kakak untuk mengekspresikan rasa sayangnya


Meski sedikit mengerikan, coba berilah kesempatan kakak untuk memeluk, mencium serta mengelus adiknya. Pastikan posisinya aman dan tidak membahayakan.
 

8. Hindari menuntut kakak bersikap seperti anak besar


Memiliki satu anak dan dua anak tentuk memiliki ritme hidup yang berbeda. Mengasuh newborn pastilah melelahkan sehingga Ibu dan Ayah jadi mudah kesal pada kesalahan kecil kakak. Tanpa sadar biasanya keluar kalimat, “Kamu kan sudah besar, bla bla bla".
 
Sebaiknya lebih bijak dan berhati-hati saat melontarkan kata tersebut. Bagaimanapun juga, perasaan iri atau merasa tersaingi oleh sang adik pasti muncul dalam hati anak. Inilah tantangan kita untuk membantunya beradaptasi di situasi baru ini. Jangan berlebihan, santai saja. Seiring berjalannya waktu, respon tepat kita akan berdampak positif terhadap hubungan persaudaraan anak-anak kita.

Wajar jika jika si kakak masih minta perhatian lebih. Jawab dengan pelukan, curahkan perhatian Ibu dan Ayah padanya, dan jelaskan padanya bahwa kalian menyayangi kakak apapun yang terjadi. Tetap tenang dan bersikap penuh sayang akan memenuhi cinta si kakak, sehingga dia tidak akan mencari perhatian dengan sikap yang membahayakan adik.
 

9. Meminta tamu yang berkunjung untuk menyapa si kakak

     
Saat tamu berkunjung, giring pembicaraannya untuk terlebih dahulu membahas si kakak. Ajak si kakak mengobrol dan minta kakak untuk mengenalkan adiknya kepada para tamu. Berikan juga gift agar kakak tidak merasa semua hal hanya tentang adik bayi saat itu.

10. Minta Ayah untuk quality time bersama kakak, begitupun Ibu


Karena Ibu masih dalam pemulihan fisik dan perlu banyak fokus pada adik bayi, minta Ayah untuk meluangkan waktu ekstra dengan anak pertama setelah bayi dilahirkan. Jika Ayah dan kakak telah memiliki bonding yang baik dan memiliki beberapa kegiatan yang mereka lakukan bersama secara teratur, itu akan membuat kakak tetap merasa disayang dan diperhatikan. Sehingga kakak tak akan merasa bersaing dengan adik.
     
Kegiatan spesial ini juga dapat Ibu lakukan ketika sudah pulih kembali. Luangkan waktu untuk melakukan aktivitas khusus hanya berdua dengan kakak, titipkan adik sekejap dan nikmati waktu bersama kakak.

***
Ini yang aku lakukan untuk mempersiapkan si kecil menjadi seorang kakak dan alhamdulillah sampai sekarang anak-anak aman terkendali. Selamat mencoba ya. Sehat selalu, Ibu! ☺



 

Nurrahmah Widyawati
Seorang lifestyle blogger yang menulis tentang dunia perempuan, Ibu, parenting, pengasuhan anak, keluarga, review, hobi, food-travel dan kehidupan sehari-hari | Digital Illustrator :)

Related Posts

12 komentar

  1. Tipsnya sangat bermanfaat bund, sayangnya aku masih jones, nanti deh kalo dah ketemu sama tulang rusuk aku praktekan tipsnya saat punya anak kedua :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAHAHA visioner ya mas. Semoga lekas bertemu dengan tulang rusuknya ya šŸ˜„

      Hapus
  2. Info yg menarik ini sebelum menikah, sebab masih single alias jomlo ehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Belajar parentinf sebelum nikah adalah jalan ninja ya mas.

      Hapus
  3. Terima kasih atas artikel bermanfaatnya , nanti saya praktekkan kalau saya sudah menikah. Dan ??? Salam kenal

    BalasHapus
  4. Masya Allah, aku jadi terharu baca ini. Inget berapa sayangnya orang tua pada kušŸ„°

    BalasHapus
  5. Waduuuh, aku waktu itu si abng msh umur 7 bln mulai hamil yg ke 2, benern repot, mbaa šŸ˜‚šŸ˜µ

    BalasHapus
    Balasan
    1. strong bgt dirimu mbak. mamak mamak pilhan :') virtual hugs

      Hapus
  6. Suka sama tipsnya mba. Kadang orang bukannya support malah komentar aneh-aneh kalau misal hamilnya deketan. Jadi bikin stress bumil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, kebanyakan malah nyalahin kenapa hamil kecepetan wkwk semangat kitaaa :')

      Hapus

Posting Komentar