Parental burn-out adalah suatu keadaan kelelahan terkait dengan peran orang tua, yang membuat seseorang tidak dapat mengelola emosinya terhadap anaknya dan memiliki keraguan akan kemampuan seseorang untuk menjadi orang tua yang baik. (Roskam, Raes & Mikolajzak, 2017)
Kamu pernah nggak merasakan ini? Tanda Ibu mengalami parental burn-out
- Stress
- Tidak mampu mengelola emosi (cepat marah)
- Cemas
- Meningkatnya konflik dengan pasangan dan orang lain
- Perasaan tidak mampu
- Risiko mengabaikan & kekerasan pada anak
- Gangguan tidur
- Parahnya, ingin bunuh diri atau pergi menjauh
Pekerjaan domestik yang tidak ada selesainya, pekerjaan publik yang menumpuk deadlinenya, mengasuh anak-anak yang mungkin lebih dari satu, tuntutan lingkungan, tuntutan keluarga, bahkan tuntutan diri sendiri.
Semakin hari kita dihadapkan pada dunia yang lebih kompleks. Jika tidak semakin sadar dan sabar, bisa jadi kita tenggelam dalam kubangan yang salah kaprah.
Sebagai Ibu, wajar rasanya ada kata lelah, ingin istirahat, dan ingin melepas penat. Nyatanya, raga dan jiwa kita terkadang tidak berjalan beriringan. Raga memang beristirahat, namun jiwa terbang menjelajah antah berantah.
Menjadi Ibu di dunia digital juga sangat rawan akan tsunami informasi. Begitu mudahnya orang untuk sharing dan begitu mudahnya orang untuk mendapatkan ilmu. Tidak salah, namun perlu sebuah kesadaran. Karena semua hal belum tentu cocok untuk kita, dan tidak semua hal harus kita kuasai.
Menurunkan ekspektasi dalam diri juga bukan hal yang buruk kok. Karena nyatanya, ujung dari apa yang kita lakukan adalah untuk kenyamanan dan kebahagiaan diri serta keluarga. Yuk menjadi Ibu yang lebih santai yuk!
Jika memiliki tanda-tanda parental burn-out, begini cara mengatasinya agar bisa jadi ibu yang lebih santai!
1. Kontrol yang kita lihat, dengar, pikirkan, rasakan
2. Fokus
3. Reframing
4. Relaksasi
5. Dari sudut pandang memahami anak
✓ Tidak menuntut anak untuk menjadi sempurna
Karena kita juga bukan Ibu yang sempurna. Cobalah untuk mencintai segala kekurangan anak dan selalu memaafkan mereka. Menuntut hanya membuat kita akan saling menyalahkan baik menyalahkan diri sendiri, pasangan, maupun anak.
Wajar anak keliru, salah adalah bagian dari proses pembelajaran. Dampingilah.
✓ Mindful Parenting
Pahami kondisi perkembangan anak, apa yang mereka rasakan, butuhkan dan apa yang mereka inginkan. Cobalah untuk belajar menghargai anak dan memahami sudut pandangnya. Berlatihlah empati terhadap anak.
✓ Happy childhood = Happy adulthood
Fokus pada pengalaman anak saat ini. Memastikan anak-anak memiliki masa kecil yang bahagia dan pastikan mereka merasa aman dengan orang tuanya. Tingkatkan bonding & attachment. Hal ini berpengaruh untuk masa depannya kelak.
Penutup
Di atas adalah beberapa cara mengatasi parental burn-out. Nampaknya memang sebagai Ibu kita perlu kedewasaan dan empati untuk menjalani peran ini. Menjadi Ibu bukan hal yang mudah, tapi pasti bisa jika belajar lebih baik dari hari ke hari.
Pengasuhan adalah tentang mendidik anak, bukan menujukkan kepada semua orang bahwa anak kita lebih hebat dan kita orang tua yang paling hebat. Fokuslah ke dalam keluarga kita sendiri.
Selain itu, kita juga perlu adanya rasa percaya diri dengan apa yang kita lakukan dalam menjalani peran sebagai orang tua. Jangan terlalu cemas, lebih santai, lebih tenang, agar anak juga merasakan kenyamanan.
Terimakasih sudah mampir. Happy International Mental Health Day! Sehat selalu untuk kita semua ya. Semoga kita Menjadi Ibu yang Lebih Santai, no parental burn out! 😉
cek! semua tanda parental burnout aku alami, huhu.. tapi untungnya aku mau mencari bantuan. I thank myself for that. Aku ikut sesi konseling kelompok ibu2 dengan pengalaman baby blues. Alhamdulillah I've come to my senses ever since.
BalasHapusMampir ke blog deh, Ibu RainNasha. Aku ceritakan pengalamanku disana. Hehe. Salam kenal dari akuh, Muna Fitria a.k.a mamahfaza.
Masha Allah Tabarakallah. Sehat selalu untuk kita ya ibuk.🥺
HapusThank you, mamahfaza.. aku jalan-jalan ke sana ya. Salam kenal dariku juga 😉